Jadilah kami berenam melongok-longok sel penjara bawah tanah Museum Fatahilah. Dalam ruangan-ruangan yang sempit, pengap dan rendah itu konon dulu diisi antara 50 -- 70 tahanan. Segala kegiatan dilakukan di dalam sel tersebut, termasuk buang air kecil dan besar. Tak heran banyak tehanan yang gagal keluar hidup-hidup dari sana. Konon lagi, mayat-mayat tahanan kemudian dilemparkan ke dalam sumur yang terdapat di halaman belakang tersebut. Pangeran Diponegoro dan Tjoet Njak Dhien pernah ditahan di penjara ini.
Setelah puas melihat-lihat, kami berenam mengaso sejenak sambil menunggu satu orang Kompasianer lagi. Tak lama kemudian beliau yang dnanti-nanti muncul juga. Meski sama-sama berpangkat admiral di komunitas Indo Starstrek, namun beliau lebih senior dalam segala hal dari saya termasuk usia, sehingga saya tak lagi menjadi yang tertua di situ.
Karena peserta acara Jelajah Museum Kota Tua Bersama CLICKompasiana kini komplit sebanyak tujuh orang dari rencana delapan, maka selanjutkan kami menuju ke Museum Seni Rupa dan Keramik yang letaknya tak jauh dari Museum Sejarah Jakarta.
Â
Bandung, 23 September 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H