Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Literasi Estetika: Proses Belajar Seumur Hidup, Bukan Hasil Akhir

21 Agustus 2017   15:01 Diperbarui: 22 Agustus 2017   22:40 7175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak usia dini sedang mewarnai (dok. I.H.)

Penelitian yang mengamati 256 orang berusia antara 85 sampai 89 tahun dan tidak memiliki masalah terkait ingatan pada awal penelitian diamati selama empat tahun. Orang-orang dalam penelitian tersebut melaporkan tingkat keterlibatan mereka dalam seni, termasuk melukis, menggambar, mematung, berkebun, membuat keramik, dan menjahit. Juga dicatat kehidupan sosial mereka: pergaulan, bepergian, dan menghadiri klub buku dan keagamaan, serta penggunaan komputer termasuk selancar Internet dan membeli barang secara daring. Hasil penelitian dipublikasikan dalam jurnal Neurology.

Penulis mempromosikan Drawing School pada Acara Piasan Seni Banda Aceh 2013 lalu (dok. I.H)
Penulis mempromosikan Drawing School pada Acara Piasan Seni Banda Aceh 2013 lalu (dok. I.H)
Orang yang melatih otot artistik mereka 73% lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan  gangguan kognitif ringan, suatu kondisi yang berkaitan dengan masalah memori dan berkurangnya fungsi mental, dibandingkan mereka yang tidak mengambil bagian dalam aktivitas artistik. Orang-orang yang melakukan kerajinan tangan seperti memahat atau merajut kemungkinannya 45% lebih kecil  mendapatkan gangguan kognitif ringan daripada yang tidak melakukannya, dan pengguna komputer 53% lebih kecil kemungkinannya dibandingkan orang dewasa yang tidak menggunakan komputer. Mereka yang memiliki kehidupan sosial kemungkinannya 55% lebih kecil mendapatkan masalah memori daripada orang antisosial yang sebaya.

Selain itu, dengan mengikuti kelompok-kelompok komunitas atau sanggar melukis. Seorang bapak, ibu, kakek atau nenek yang bisa melukis dapat menularkan kemampuannya pada putra-putri atau cucunya dan menjadi kegiatan melukis baik di rumah atau di luar ruangan sebagai kegiatan keluarga.

Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari seni. Tidak harus dengan bermimpi menjadi maestro atau melahirkan karya masterpiece. Yang paling utama adalah terus berbuat dan berkarya, minimal untuk kepuasan diri sendiri. Bagi penulis, sebuah karya selalu berharga, meski tidak harus dinilai dengan uang.

Anda layak bangga jika satu lukisan Anda dipajang di ruang tamu!

Ayah & Ibu (sketsa pensil 2B di atas kertas gambar, I.H)
Ayah & Ibu (sketsa pensil 2B di atas kertas gambar, I.H)
Bandung, 21 Agustus 2017



*penulis seorang nomaden yang sedang mengejar passion dalam menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun