YA MAU, DONG!
Tapi kami—aku dan istri—belum daftar. Belum registrasi.
“Datang saja,” usul TS.
Nekad, dong. Memang!
Aku yang mengaku sebagai Penyair Majenun memang tak perlu malu, datang tanpa undangan. Hanya sedikit malu-malu, ikut menyantap semangkuk soto Kudus.
“Belum kenyang?” tanya istriku. Kami baru saja makan mi Aceh goreng basah Bang Din di Kantin Palbar.
Malam Lebaran
Bulan di atas kuburan
Puisi Sitor Situmorang mewakili galauku malam itu. Ada 7 (tujuh) buku SDD terbit sekaligus, dan aku hanya punya duit untuk beli satu. Bukan salahku jika bulan di atas kuburan, tanggal tua kok dilawan! Konon pula Penyair Majenun: setiap tanggal tua bangka.
Selamat lahir kembali, mas Sapardi. 77 tahun masih teramat muda itu!
Boleh minta tanda tangan di buku baru?