Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Peunayong ke Evanston (Bagian 3 - Habis)

26 Januari 2017   13:36 Diperbarui: 26 Januari 2017   14:15 1994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: start2finish.org

Dulu, Greenpeace di benakku adalah organisasi rahasia yang bertujuan menyelamatkan dus menyatukan planet ini. Ketika MSF (Médecins Sans Frontières, Dokter Tanpa Batas) mendapat perhargaan Nobel tahun 1999, aku merasa cita-cita SATU BUMI bukan hal yang mustahil. Perkenalanku dengan buku-buku Alvin Toffler:Future Shock dan Third Wave menguatkan keyakinanku. Alvin Toffler membuatku siap menghadapi globalisasi.

Mei 2005, aku pulang ke Aceh untuk bekerja sebagai IT expert di sebuah LSM kecil asal Kanada. Selain orang-orang lokal, aku juga berkenalan dengan ekspatriat pegiat sosial dari berbagai penjuru dunia dan bermacam-macam organisasi kemanusiaan.

Suatu sore, salah seorang mitra kerja bernama Natascha bertanya:

“Oel, would you join me into Rotary?”

“What is Rotary?” tanyaku lugu.

(Selanjutnya terjemahan bahasa Indonesia, repot mengingat-ingat versi aslinya)

“Sekelompok orang-orang yang ngumpul-ngumpul ngopi seminggu sekali, ngobrol tentang pekerjaan kemanusiaan,” jawabnya enteng. Setidaknya begitulah maknanya yang kutangkap.

“Oke,” jawabku.

Singkat saja. Pertemuan pertama dilaksanakan di sebuah kafe dengan dihadiri perwakilan Rotary District, terdata nama-nama yang berminat bergabung dengan Rotary Club of Banda Aceh yang akan didirikan. Pertemuan berikutnya, Natascha yang seharusnya menjadi Charter President berpamitan: harus pulang ke Inggris untuk urusan keluarga.

Calon Charter President diestafetkan ke Linda, seorang ekspatriat juga, berikut President Club Manual Book yang setebal bantal tidur baru beli dari toko furnitur. Pada pertemuan ketiga, Linda menyerah, katanya karena membaca buku tersebut membuat kepalanya sakit.

Setelah beberapa lama tak ada kabar berita, aku—si kutukomputer kurang gaul butuh ngopi di kafe—menghubungi perwakilan District menanyakan bagaimana kelanjutan dengan rencana pendirian RCBA, singkatan dari Rotary Club of Banda Aceh. Justru yang aku terima adalah tantangan menjadi pendiri. Siapa takut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun