Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kisah di Balik '2045': Kilas Balik dan Kilas Maju dalam Gaya Shandian (1)

20 Agustus 2016   03:25 Diperbarui: 20 Agustus 2016   03:42 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laurence Sterne | www.bbc.co.uk

Ketika Rumpies The Club (RTC) mengeluarkan tantangan menulis fiksi tentang Indonesia seabad setelah merdeka baru-baru ini, ada beberapa ide yang terpikir untuk dituliskan:

a.Horor komedi. Kandidat judul: 1). Pesta Upacara Zombie, 2). Unjuk Rasa Dedemit Menuntut Remisi

b. Fiksi Ilmiah. Kandidat judul: 1). Nusantara 2045, 2). 2045

Akhirnya Penulis menguatkan tekad untuk menulis fiksi ilmiah dengan judul ‘2045’, karena sesungguhnya ‘Nusantara 2045’ sudah lama Penulis persiapkan sebagai judul novel.

Cerpen 4.500 kata tersebut Penulis bagi menjadi 3 bagian (dari rencana semula 2 saja). Pilihan tersebut tepat adanya, karena Penulis berhasil mengajak pembaca untuk sakit kepala bersama. Penulis kebanjiran pertanyaan (dari dua ratus orang kurang seratus sembilan puluh delapan), diantaranya:

a. Mengapa alur ceritanya kacau balau maju mundur cantik... cantik...?

b. Bagaimana sejarahnya kok US menjadi Great America, Mahardhika kok kawin sama Min-Ji, jangan-jangan terinspirasi Great Britain dan film Independence Day.

Karena ada dua pertanyaan utama (memang hanya dua), maka Penulis akan memaparkan jawaban menjadi tulisan dua bagian. Bagian pertama ini akan mengupas alasan pemilihan gaya penulisan cerpen ‘2045’.

KILAS BALIK DAN KILAS MAJU DIRAMU DALAM GAYA SHANDIAN

Pada awalnya, penulis bermaksud menggunakan gaya reportase seperti pada novel H.G Wells yang berjudul War of The Worlds (1989) atau novel (bukan film) Word War Z (2006) buah karya Max Brooks. Namun akhirnya Penulis menyadari, gaya reportase untuk sebuah kisah yang berlangsung di beberapa bagian belahan dunia takkan cukup ditulis dengan 5000 kata. Lagi pula, gaya naratif jurnalistik cocoknya untuk penuturan secara kronologis, tidak untuk pola flash-back-flash-forward yang ingin Penulis terapkan untuk membangun klimaks dan kejutan dalam plot cerita. Sekadar menghormati ide awal, tokoh reporter gosip bernama Karyn tetap penulis sertakan sebagai pelengkap penderita, meski akhirnya berperan penting pada akhir cerita.

Kilas Balik dan Kilas Maju.

Cerpen dibuka dengan adegan Mahardhika dan Min-Ji di ruang kerja Presiden dengan satu tujuan: menghubungan sungai Kapuas dengan sungai Seine, sepuluh tahun sebelumnya. Ini kilas balik penting!

Kemudian kembali lagi ke ruangan yang sama dengan tambahan tokoh Pierre dan Hasri, untuk terlontar lagi oleh sebuah replika kapal selam, mundur sembilan tahun ke belakang.

Begitulah terus menerus sampai akhir cerita, sehingga baik pembaca maupun Penulis pusing dibuatnya.

Kalimat Shandian

“Protesnya ditolak. Aku mendapat jaminan Gordi bahwa situasi aman terkendali. Sampaikan dengan bahasa diplomatikmu yang luar biasa itu.”

Jawaban presiden Mahardhika di atas dapat digolongkan sebagai kalimat Shandian. Begitu juga Veni, Vidi, Vici.

Definisi kalimat Shandian adalah sebagai berikut:

Komposisi menggunakan gaya kalimat yang dirancang untuk menggambarkan perspektif pikiran tertentu.

Istilah gaya Shandian berasal dari judul novel karya Laurence Sterne, The Life and Opinions of Tristram Shandy, Gentleman’ (1759).

Tristam Shandy merupakan sebuah novel yang sangat unik dengan struktur naratif dan urutan yang membuat frustasi. Sterne menggunakan gaya kalimat yang dirancang untuk menggambarkan perspektif pikiran tertentu. Cerita-cerita anekdot, misalnya, cenderung berupa ocehan dan struktur kalimat yang digunakan meniru atau menggambarkan arus pola pikir yang melantur atau berlebihan.

Karya terkenal Jonathan Swift, Travels into Several Remote Nations of the World. In Four Parts. By Lemuel Gulliver, First a Surgeon, and then a Captain of Several Ships (1726), yang lebih dikenal dengan judul Gulliver's Travels, termasuk yang dipengaruhi gaya penulisan Shandian. Hemat penulis, Kisah 1001 Malam juga dapat disebut shandian.

Salah satu novel shandian Indonesia adalah Perjanjian dengan Maut (1976) karangan Harijadi S. Hartowardojo, pemenang kedua dalam Sayembara Mengarang Roman yang diselenggarakan oleh Panitia Tahun Buku Internasional tahun 1972 DKI Jakarta. Novel ini menginspirasi penulis untuk menulis puisi Mencintai Ratu Pantai Selatan.

Catatan: Setelah membaca ulang, Penulis baru menyadari bahwa gaya penulisan artikel ini mirip-mirip gaya Shandian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun