Sebelum membahas tentang foto, pertama kita pahami dulu gerak rotasi bumi dan lintasan revolusi bumi mengelilingi matahari.
Bumi berotasi pada sumbu miring 23,5Ëš terhadap garis edar matahari dalam waktu dua puluh empat jam. Hal ini menjadikan adanya siang dan malam.
Kamera yang digunakan NASA untuk memotret bumi dari satelit Deep Space Climate Observatory yang diluncurkan pada tanggal 11 Februari 2015 adalah Earth Polychromatic Imaging Camera (EPIC), kamera CCD empat megapixel dan teleskop. Gambar bumi yang ditampilkan dihasilkan dengan menggabungkan tiga gambar terpisah untuk membuat gambar berkualitas fotografi. Kamera mengambil 10 gambar menggunakan filter narrowband berbeda - dari ultraviolet ke inframerah dekat - untuk menghasilkan berbagai produk ilmu pengetahuan.
Selama ‘bermain-main’ dengan citra satelit (tahun 2000 - 2003 dan 2005 – 2008) penulis bekerja dengan citra satelit pankromatrik 7 kanal.
Kegunaan citra pankromatik banyak, bukan hanya sekadar menghasilkan foto bumi. Mulai dari kontur rupa bumi hingga tingkat laju pertumbuhan populasi vegetasi (setidaknya itu yang dulu penulis kerjakan).
Kembali pada tudingan bahwa foto bumi NASA adalah rekayasa CGI karena warnanya tidak konsisten.
Silakan foto suatu objek diam (misalnya gunung) dari satu titik stasioner (tetap) setiap 3 bulan pada jam yang sama dalam setahun. Tidak perlu gonta-ganti kamera seperti setiap kali NASA meluncurkan satelit baru. Bandingkan fotonya, apakah warnanya akan tetap sama?
Cuaca, jarak bumi ke matahari, kamera yang digunakan mempengaruhi foto Bumi dari NASA.
Menurut Pengusung teori Flat Earth, Tidak ada satupun satelit di luar angkasa yang bisa dilihat oleh teleskop atau dideteksi dengan radio manapun di bumi.