Sebagai kutu buku kelas berat, aku menyukai bacaan bagus. Sulit untuk menentukan siapa yang jadi penulis terfavoritku, karena begitu banyak penulis yang telah menghasilkan karya-karya besar. Bahkan, tak jarang aku menemukan mutiara tersembunyi dari penulis-penulis tak ternama, dan itu jumlahnya tak terhingga.
Namun harus kuakui, aku tergila-gila dengan genre fiksi ilmiah. Bagiku, fiksi ilmiah merupakan imajinasi pengarang dalam memprediksi masa depan yang digali dari kebolehjadian, dan mungkin dapat terwujud sesuai perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan.
Penulis genre ini yang menjadi favoritku, antara lain: Jules Verne, Mary Shelley, Isaac Asimov, George Orwell, Aldous Huxley, Frank Herbert, H.G. Wells, Ray Bradbury, Phillip K. Dick, William Gibson, Larry Niven, Orson Scott Card, Kim Stanley Robinson, dan tak ketinggalan Djokolelono.
Pengalaman pertamaku berkenalan dengan fiksi ilmiah melalui komik Album Cerita Ternama terbitan Gramedia Pustaka Utama yang diterbitkan di Indonesia pada dasawarsa 1970-an sampai 1980-an, dengan jilid pertama yang berjudul 20.000 Mil Dibawah Laut yang disadur dari karya Jules Verne, Vingt Mille Lieues sous les mers.
Saat di Sekolah Menengah Pertama, sebagai pekerjaan rumah kami diwajibkan oleh guru bahasa Indonesia untuk menulis resensi novel. Meskipun perpustakaan sekolah koleksinya lumayan lengkap, tapi aku dan beberapa teman memutuskan untuk menjadi anggota Perpustakaan wilayah yang jaraknya hanya 300 meter dari sekolah. Perpustakaan Wilayah ini bukanya jam 08.00 -12.00 dan 16.00-18.00 setiap hari kerja.
Bisa dikatakan, hampir setiap sore aku dan kawan-kawan menjadi penghuni Perpustakaan Wilayah tersebut. Dari situlah, aku semakin mengenal karya-karya Bapak Fiksi Ilmiah, gelar terhormat yang diberikan pada Jules Verne.
Lahirnya Seorang Penulis
Jules Gabriel Verne lahir pada tanggal 8 Februari 1828 di kota Nantes, Perancis, kota pelabuhan yang sibuk. Selalu melihat kapal datang dan pergi memicu hasrat dan imajinasinya tentang perjalanan dan petualangan. Saat remaja bersekolah di sekolah besasrama, ia mulai menulis cerpen dan puisi.
Setamatnya dari sekolah, ayahnya menginginkan Verne mengikuti jejaknya dan mengirimnya ke Paris untuk mengambil kuliah di bidang hukum. Meskipun akhirnya tamat dan mendapat gelar Sarjana Hukum pada tahun 1850, selama di Paris, Verne lebih tertarik dengan dunia pentas. Dipengaruhi oleh sahabatnya yang juga penulis, Alexandre Dumas (Les Trois Mousquetaires), selama sepuluh tahun Jules Verne menulis banyak naskah drama, di antaranya  Le Colin-Maillard (Blind Man's Buff, 1853, bersama Carré dan Hignard) dan Les Compagnons de la Marjolaine (Knights of the Daffodil, 1855, bersama Carré dan Hignard)
Ternyata penghasilan dari menulis drama tidak dapat menopang hidup layak. Jules Verne sempat menjadi pialang saham, yang meskipun bukan merupakan minatnya namun mencukupi kebutuhan untuk hidup nyamanyang membuatnya mampu untuk melamar Honorine de Viane, seorang janda muda dengan dua anak perempuan, pada tahun 1857. Pada tahun yang sama, ia menerbitkan buku pertamanya, Le Salon de 1857 (The 1857 Salon).
Munculnya seorang Novelis
Jiwa petualangan Verne tak pernah padam. Tahun 1859-1860, Verne dan istrinya melakukan perjalanan ke Inggris yang menginspirasi Verne menulis Voyage en Angleterre et en Ecosse (Backwards to Britain). Pada tahun 1861, putra satu-satunya Michel Jean Pierre Verne, lahir.
Meskipun novel-novelnya ditolak mentah-mentah oleh penerbit, namun ia terus menulis. Perkenalannya dengan editor dan penerbit Jules Hetzel, mengubah nasibnya. Novel pertamanya yang diterbitkan sebagai cerita bersambung dalam Magazine d'Éducation et de Récréation milik Hetzel berjudul Cinq Semaines en Ballon (Five Weeks in a Balloon, 1863)mendapat sambutan khalayak, meskipun penjualan buknya kurang memuaskan. Saat itu usianya 35 tahun.
Meski pendapatan dari menulis buku belum dapat menyejahterakan, Verne tahu bahwa ia telah menemukan dunianya. Ia menenggelamkan diri dalam berkarya dengan antusiasme yang menggebu-gebu, dan selama sepuluh tahun ke depan, ia menciptakan banyak novel klasik.
Apalagi setelah Hetzel memperkenalkan Verne pada Felix Nadar, seorang pembaharu yang kemudian memperkenalkan Verne ke lingkaran masyarakat ilmiah. Pertemuan-pertemuannya dengan kelompok mempengaruhi Verne saat menulis fiksi ilmiahnya, dan ketika Nadar mendirikan Society for Encouragement of Aerial Locomotion by Means of Heavier-Than-Air Craft, Verne terdaftar sebagai anggota dewan.
Puncak Kejayaan
Pada tahun 1864, Verne menulis essay Edgar Poe et ses oeuvres (Edgar Allan Poe and His Works), Voyages et aventures du Capitaine Hatteras (The Voyages and Adventures of Captain Hatteras) dan Voyage au centre de la terre (Journey to the Center of the Earth).
Tahun berikutnya, menyusul De la terre à la lune (From the Earth to the Moon) dan Les Enfants du Capitaine Grant (The Children of Captain Grant).
Dengan kemampuan finansial yang membaik, Verne membeli kapal untuk memenuhi hasratnya berpetualang. Ia dan istrinya menghabiskan banyak waktu berlayar di lautan,.mengunjungi berbagai pelabuhan: dari Kepulauan Inggris ke Mediterania, yang memberinya inspirasi dalam menulis cerita pendek dan novel. Ia dan istrinya juga sempat berlayar ke Amerika, meski hanya sebentar..
Tahun 1869 dan 1870, Hetzel menerbitkan Vingt Mille Lieues sous les mers (20,000 Leagues Under the Sea) dan Autour de la Lune (Round the Moon).
Tahun-Tahun Akhir
Sepanjang tahun 1870-an, Verne aktif menulis. Pada dasawarsa tersebut lahir sekitar 13 novel, yang paling kusukai adalah Le Tour du monde en quatre-vingts jours (Around the World in 80 Days, 1873).
Dekade 1880-an bukanlah tahun yang menggembirakan untuknya. Pada tahun 1886, keponakan favorit Verne, Gaston, berusaha membunuhnya dengan melepas dua tembakan peluru ddengan pistol.Salah satunya mengenai tulang kering Verne yang membuatnya pincang seumur hidup.  Gaston ternyata menderita gangguan mental, dan menghabiskan hidupnya di rumah sakit jiwa. Seminggu setelah Verne ditembak, Jules Hetzel meninggal—kehilangan besar buat sang penulis. Tahun berikutnya, ibu Verne meninggal.
Meski demikian, ia masih terus menulis sampai akhir hayatnya. Pada tahun 1905, Verne meninggal di rumahnya di Amiens, Perancis, karena diabetes.
Warisan yang Ditinggalkan
Verne menulis lebih dari 70 buku (terutama 54 novel), ratusan karakter yang mudah diingat dan inovasi yang tak terhitung jumlahnya mendahului masanya, termasuk kapal selam, perjalanan ruang angkasa, penerbangan dan eksplorasi laut dalam.
Karya-karyanya imajinatif, menginovasi penemuan-penemuan yang ada. Novel-novelnya telah diangkat ke layar lebar, televisi dan pentas drama. Mendapat Bapak Fiksi Ilmiah, ia juga merupakan penulis yang karyanya paling banyak diterjemahkan sepanjang masa setelah Agatha Christie, dan tulisan-tulisannya telah menginsiprasi banyak penulis dan ilmuwan selama lebih dari satu abad kemudian.
Penutup
Meskipun belum semua karyanya telah kubaca, hasrat dan semangat Jules Verne menjadi inspirasi bagiku dalam menulis. Mungkin aku takkan pernah mampu menjadi sehebat dia, namun setidaknya semangatnya layak kutiru.
Dan masih ada satu lagi hasratku yang belum terpenuhi. Aku telah membaca dan menonton beberapa karyanya baik dalam bahasa Indonesia ataupun Inggris berupa komik, novel, film dan seri televisi. Namun aku ingin juga membaca setidak-tidaknya satu novelnya dalam bahasa Perancis, sebagaimana yang dituliskan olehnya.
Bandung, 1 Juni 2016
*Merci beaucoup, Monseiur Verne! : Terimakasih banyak, tuan Verne.
Sumber pustaka
https://en.wikipedia.org/wiki/Jules_Verne
https://en.wikipedia.org/wiki/Jules_Verne_bibliography
http://www.biography.com/people/jules-verne-9517579
https://www.youtube.com/watch?v=0CUSNXeJMIo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H