Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Bukber Alumni, Miniatur Reuni Penuh Cerita

11 April 2023   12:00 Diperbarui: 11 April 2023   12:02 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit : SHUTTERSTOCK/Odua Images Via kompas.com

Sudah terpikir dalam setiap bulan puasa ada hari dimana kita membagi waktu untuk satu ikatan silaturahmi dalam buka puasa bersama atau biasa disebut bukber. Biasanya rencana-rencana sudah di atur mulai pertengahan bulan puasa. Ikatan silaturahmi tersebut bisa terjalin di berbagai komunitas. Di kalangan keluarga sudah pasti ada yang namanya buka bersama keluarga besar yang merupakan gabungan para anggota keluarga yang masuk dalam dalam lingkup mulai dari orang tua level teratas hingga ke anak cucu.

Buka bersama jadi seperti tradisi yang mengisi aktifitas bulan puasa. Ada keseruan dalam kegiatan tersebut untuk bukber keluarga besar tentunya memang jadi momen yang ditunggu-tunggu untuk bisa berkumpul bersama selain lebaran dan momen-momen lainnya.

Di luar bukber keluarga besar ada yang namanya bukber bersama rekan-rekan di luar keluarga. Ada yang diadakan bersama rakan kantor, rekan main, dan Komunitas.

Cerita bukber komunitas pastinya yang terpikir adalah sebuah kumpulan yang tergabung dalam satu ikatan dengan berlatar belakang sama. Ada komunitas pecinta hobby yang sama dan komunitas alumni.

Kita akan masuk pada satu cerita di mana bukber Alumni lebih punya banyak kabar dan cerita dan berserak di laman media sosial rekan-rekan kita. Alumni di sini bisa saja alumni sekolah maupun kuliah merupakan lingkar dekat yang sangat memiliki ikatan psikologis dengan banyak cerita dan kenangannya.

Pilihan untuk bisa berkumpul bukber bersama teman alumni harus disikapi dengan baik dan bijak. Ada juga yang memiliki pendapat," Ah mending bukber sama bestie terdekat aja alias teman satu geng waktu sekolah, sebab ngga neko-neko dan sudah tahu isi hati satu sama lain." Begitu potongan pendapat dari salah satu teman. Bukber dengan bestie atau satu geng tentu beda rasa dengan kumpul satu angkatan. Pembedanya yaitu ketika kumpul tak kaku dan bisa dikatakan tak memiliki batasan dalam berkata maupun bercanda. Biasanya kalau sama bestie kabar terakhir satu "sirkel" tetap akan tahu kondisinya karena masih main bersama biasanya.

Memang ada apa dengan bukber alumni yang notabene berkumpul satu atau lintas angkatan dan bisa disebut miniatur reuni ? Di manapun kita melakukan bukber tentunya tak lepas dari sikap dan pembawaan kita masing-masing. Pusatkan selalu pada nilai-nilai ibadah yang dituang dalam silaturahmi.

Mirip-mirip reuni, saat kumpul pertanyaannya seputar " Kerja di mana?" Anak berapa?" Tinggal dimana?" dan lain-lain.

Setiap dari yang datang seakan-akan bersiap-siap dengan berbagai jawaban yang mungkin saja bisa menyasar ke dirinya.

Perbedaan kondisi saat bertemu saat buka puasa bersama sudah pasti ada. Ada yang datang ke lokasi, bukber dengan berjalan kaki, dijemput teman naik motor, naik transportasi online, atau bisa juga ada yang datang dengan kondisi apa adanya semisal dengan mobil mewahnya karena juga sekalian pulang dari kantornya walaupun saat itu hari minggu.

Persepsi apapun bisa muncul jika kita bisa mengendalikan dengan baik pemikiran kita. Jelas kawan TK, SD, SMP, SMA, atau STM maupun kuliah dulu tak bisa persis seratus persen seperti dulu kala.

Bisa saja ada yang tetiba turun dari mobil dan menuju meja bersama lantas meletakkan kunci mobil mewahnya dan tiga tumpuk HP ber-merk dengan santai. Buat sebagian mungkin terbiasa tapi sebagian lainnya bisa saja jengah.

Ruang pikiran yang ada akan bervariasi sehingga persepsi berhamburan ke mana-mana bagi yang tak nyaman melihatnya.

Berharap mendapat sikap seperti saat sekolah seratus persen tentu juga sangat mustahil. Latar cerita yang dialami setiap teman-teman pasti kompleks dan dinamis.

Ada beberapa tips yang memang bisa membantu untuk bisa membuat nyaman dalam pertemuan bukber:

  • Luruskan persepsi bahwa waktu sudah berubah, artinya kondisi sudah tak sama lagi seperti waktu sekolah
  • Bahas yang memang sangat sederhana disimak dan bisa dipahami semua teman-teman
  • Hindari bertanya lebih dalam secara personal yang menyebabkan pembahasan menjadi garing
  • Hindari pembicaraan pekerjaan ataupun kantor
  • Jika ada informasi yang sifatnya membantu atau peluang usaha baiknya dibahas sedikit saja, karena akan dilanjut secara japri
  • Permasalahan keuangan dan ekonomi sangat sensitif jadi sangat perlu diperhatikan agar tidak terjadi hal yang sedikit menuai persinggungan
  • Bahas situasi masa lalu yang penuh cerita lebih baik diperbanyak dengan santai hingga menjadi penyegar setiap peserta bukber alumni
  • Ada baiknya dalam setiap bukber jika dalam ruang dan waktu memungkinkan bisa diisi ceramah oleh ustadz dengan materi yang sesuai dengan ikatan alumni.

Masih banyak hal yang semestinya dilakukan guna menjaga bukber silaturahmi lebih hangat dan bermanfaat. Manfaat yang luas perlu digali dari pertemuan bukber tersebut seperti donasi bagi kawan-kawan yang masih belum beruntung, teman yang ditinggal istri atau suami sehingga membutuhkan dukungan moril atau materil, donasi yatim piatu untuk para anak-anak yang telah ditinggal meninggal dunia orangtuanya yang notabene adalah teman satu ikatan alumni.

Singkirkan dahulu pemikiran atau stigma negatif tentang kumpul bersama alumni dalam bukber. Angkat sebanyak-banyaknya nilai positif dan jadikan ajang tersebut ladang amal di bulan yang pernuh berkah.

(Isk)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun