Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Gemuruh Keadilan

12 Oktober 2021   22:12 Diperbarui: 12 Oktober 2021   22:16 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pict by Pixabay/qimono

Siapa kamu ?

Tak tahu dirikah? 

Berjaraklah dengan harapan 

Benahi tuas rasa keadilan

Tidakkah kau tahu keadilan mencarimu

Sekalipun tak kau temui di depan bulu matamu

Bagaimana bisa berjarak dekat namun rasa adil menjadi samar

Jumawa dengan tawa terbahak-bahak melanda sang pelacur keadilan

Tak sadar jadi catatan kelam sang waktu

Waktu menunggu terjungkalnya jumawa berganti perih luka

Hamparan karpet kedukaan melanda 

Tangisnya meledak kala keadilan dirasa senyap dan seakan menjauh, atau dijauhkan? 

Tangis hari ini jadi pelangi di waktu nanti

Jumawa sang lacur berganti luka bernanah 

Roda pasti berputar

Tak ada kekuasaan kekal 

Firaun pun lekang dengan kuasanya

Semua kitab hukum adalah suaranya 

Salah baginya adalah yang melawannya

Salah baginya adalah yang menentangnya

Salah baginya adalah tak beri manfaat baginya

Salah baginya adalah mengganggu kepentingannya

Lantas bagaimana Firaun bisa terjungkal dengan kekuasaan penuh dan keadilan semu? 

Ah sudahlah itu kan Firaun

Tidak dengan kita teriak sang lacur keadilan dalam hati masing-masing

Tak terdengar namun bisa terasa ucapan itu

Keadilan bukan milik kalian

Tak perlu bicara keadilan jika tak ada hasil nya

Hasil apa? 

"Uang atau apapun yang buat kami senang" Bisik mereka namun tembus kuping para pencari keadilan

Baiklah tuan sang penimbang keadilan

Kami tak akan lagi bercerita atau pun meminta keadilan

Kami akan menangis kepada langit luas terbuka

Kami tahu Firaun hadir tak sekedar monumen ceritera

Firaun adalah keabadian tentang kufur kekuasaan dan keadilan 

Firaun abai adanya Tuhan "Sang Pengadil"

Keadilan tak perlu kau hampiri

Biarkan keadilan menghampirimu

Biarkan sang perusak tenggelam mati dalam rasa bersalahnya

Baju tak kuasa tutupi ketakutannya

Basah peluh keringat jagung

Tatkala waktu itu telah tiba

Matanya nanar menatap kisahnya saat menjadi perusak keadilan

Itulah hari pengadilan

(Isk) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun