Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Enam Pengawal Habib Rizieq Tewas Ditembak, Sepakat Seruan MUI Jateng agar Semua Pihak Menahan Diri dari Provokasi

7 Desember 2020   19:58 Diperbarui: 8 Desember 2020   05:36 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Damailah Indonesiaku !!

Sebanyak 6 orang pengawal Habib Rizieq Syihab ditembak mati polisi dalam bentrok yang terjadi di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 pada Senin (7/12) dini hari. Mereka ditembak karena dianggap menyerang polisi. Sontak hal ini sangat mengagetkan semua pihak. (Kumparan.com 7 Desember 2020)

"Jika benar FPI mempunyai laskar khusus yang bersenjata, kenapa Baintelkam tidak tahu dan tidak melakukan deteksi serta antisipasi dini serta tidak melakukan operasi persuasif untuk melumpuhkan," Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (7/12/2020).

Ketua Presidium IPW Neta S Pane mengemukakan kejanggalan yang pertama yaitu terkait kepemilikan senjata api laskar khusus Front Pembela Islam (FPI) seperti yang disampaikan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran di Polda Metro Jaya.( kabar24.bisnis.com/ 07 Desember 2020 )

"Anggota yang terancam keselamatan jiwanya karena diserang, kemudian melakukan tindakan tegas terukur. Sehingga terhadap kelompok MRS (Muhammad Rizieq Shihab) yang berjumlah 10 orang, meninggal dunia sebanyak 6 orang," ujar Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mohammad Fadil Imran di kantornya, Jakarta Selatan, Senin (7/12). Kutipan kabar24.bisnis.com

Damailah Indonesiaku !! Semua harus bisa menahan semua hal apapun yang bersifat konfrontatif sesama anak bangsa. Semua harus duduk bersama dan jujur atas apa yang dihadapi dan apa sih yang menjadi tekanan bangsa di kondisi saat ini. Semua harus dijernihkan karena sudah menyangkut nyawa terancam dan bahkan sudah memakan korban jiwa yang sesungguhnya tak layak terjadi karena sesame anak bangsa. Hal ini sungguh menyedihkan dan semua sudah seharusnya dihentikan.

Sudah saatnya semua pinisepuh bangsa ini duduk di tikar bersama tentang permasalahan yang utama atas bangsa ini. Bukankah semua tujuan berbangsa yang merdeka sudah tercapai terhitung 17 Agustus 1945 dan terus hadapi dinamika naik turun dengan siapapun pemimpinnya.

Segala polemik tentang kebenaran yang ada atas semua yang sudah terjadi tewasnya laskar FPI monggo didudukan kembali dalam meja jamuan yang seharusnya menyejukkan. Ungkapkan jika ada yang salah atau benar ya namanya juga satu keluarga dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sekalipun apapun yang terjadi ya tetap saja akan tercatat dalam catatan perjalanan anak bangsa dan akan diingat sampai kapanpun dalam perjalanan bangsa ini.

Kutipan Kumparan.com Senin (7/11)

Ketua MUI Jawa Tengah KH Ahmad Daroji menyerukan kepada seluruh pihak untuk menahan diri. Hal itu merupakan buntut dari ditembaknya 6 orang pengawal Habib Rizieq oleh aparat kepolisian di Tol Jakarta-Cikampek KM 50.

"Jangan grasa-grusu (terburu-terburu) kita tunggu saja kita berdoa agar semuanya dapat selesai dengan baik," ujar Ketua MUI Jateng Ahmad Daroji saat dihubungi kumparan, Senin (7/11).

Butuh kepala dingin dan upaya tokoh negara dan bangsa dalam hal ini hingga bisa menjernihkan keadaan yang sudah terjadi jikapun hal ini dianggap ada.

Perlu siapkan meja terbaik dalam jamuan bersama sambil bercerita dan menjadi tayangan cermat yang disaksikan para anak bangsa yang menyimak. Lupakan sejenak segala kepentingan dan teduhkan penat kepala yang sudah mendera dengan mereguk bersama cita-cita luhur para 'The Founding Father' bangsa ini.

Kita semua pernah lalui catatan kelam di berbagai era terlebih era orde baru di mana tumbuhnya kekuatan penuh atas dahaga kekuasaan hingga berujung runtuhnya kekuasaan di 1998. Sekalipun itu terjadi ada banyak hal yang jadi tarikan pro-kontra mengapa itu terjadi. Utamanya adalah upaya saat itu jelas melahirkan supremasi sipil kembali hadir jika tak salah melihat. Apa salahnya jika semua rakyat berharap supremasi sesungguhnya dijalankan bersama anak kandungnya yaitu TNI-Polri agar tak mengulangi kesalahan masa lalu. kita percaya bersama TNI- Polri Rakyat akan kuat dan maju bersama.

Usai kelarnya dominasi kekuasaan era orde baru bukan berarti semua masalah selesai, namun ada buntut yang terus mengikuti. Semuanya adalah menjadi permasalahan bangsa yang belum berakhir hingga kini. Artinya ya memang perlu ada penyelesaian yang komprehensif terkait bangsa ini.

Percayalah rakyat dalam kesehariannya hanya butuh makan dan kenyamanan dalam kondisi saat ini. Semua telah berusaha dengan kemampuan masing-masing agar 'survive' atas kondisi yang membelenggu yaitu keterbatasan ditengah pandemi.

Hanya ada tangis dan merunduk bahkan jika perlu merunduk kepada pemimpin negeri ini jika ada permasalahan yang perlu dituntaskan. Sesekali memohon dibukakan pintu jalan keluar permasalahan bangsa ini yang tak perlu ada tumpahnya darah sesama anak bangsa yang juga mulai letih hadapi kondisi saat ini.

Silahkan selesaikan sebaik-baiknya biarkan rakyat menonton dengan tiada daya dan upaya. Hanya bisa menyaksikan tanpa bisa lagi keluar kata sebab hanya lirih dan serak jika ada satu kata yang keluar.

Hanya hati yang bisa menjawab semua atas apa yang terjadi dan berharap matahari kembali bersinar dan anak bangsa kembali bergandengan tangan layaknya dimasa persiapan kemerdekaan Indonesia di mana musuh kita hanya satu yaitu penjajah.

Namun kini siapa yang semestinya kita hadapi sesungguhnya ? Bersatulah Indonesia dan hanya kepala dingin yang bisa jadi penyelesaian segala permasalahan selain kejujuran.

(Isk)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun