Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terlihat Menang Sesungguhnya Kalah

21 November 2020   08:42 Diperbarui: 21 November 2020   08:46 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gelisah tak berujung

Lihat kursi semakin bergoyang

Sebab apa gerangan

Bergoyang pelan 

Semakin kencang 

Hingga seakan mau rubuh

Sebab apa kursi bergoyang

Hingga keringat bercucuran

Kursi pernah bergoyang

Namun tak sehebat ini

Jika memang angin jadi penyebab

Kejar dan tangkap

Sekalipun sulit harus dapat

Namun angin adalah angin

Tak ada yang bisa meraba

Apalagi menahan angin 

Harus ada yang disalahkan

Kursi bergetar tak hanya bergoyang

Raja semakin murung

Dalam murung sang raja

Terdengar alunan merdu

Alunan suara suling nan menggoda

Dirasa inilah sebab kursi raja bergoyang

Suara lirih sang raja keluar

Wahai patihku kejarlah sumber suara itu

Rebut serulingnya 

Bubarkan para penikmat suaranya

Tak disangka 

Asal suara seruling dari seorang anak gembala

Riuh dinikmati oleh rekan gembala lainnya

Semua bergembira hingga tanah bergetar

Seisi alam seakan bergembira 

Tak sadar kegembiraan goyangkan kursi

Kursi sang raja yang mulai cemas

Sang patih jalankan titah raja

Rebut seruling sang gembala

Mematahkan hingga terbelah dua

Sang gembala tak menangis

Begitu juga para penikmatnya

Seruling hanyalah sebuah

Patih pergi menghadap sang raja

Dua potong seruling yang terbelah

Dipersembahkan langsung kepada sang raja

Tampak raja tersenyum lepas 

Bahagia dan puas

Tidur lelap dalam selimut ketenangan 

Hingga pagi hari datang 

Sang raja bangun

Sapa mentari yang cerah ceria

Bergegas menuju kursi singgasana

Terlihat bergetar dan bergoyang lebih kencang

Lebih kencang dari kemarin

Kecemasan tak bisa lagi menutupi sang raja

Bukankah sumber kegaduhan sudah kudapatkan? 

Bahkan serulingpun sudah tak dapat berbunyi

Kembali patih dipanggil

Lantang suara sang raja

Tanya sebab mengapa kursinya bergoyang

Lebih keras dan kencang dari kemarin

Bahkan sepertinya tak lama lagi akan rubuh

Patih menjawab dengan penuh keyakinan

Seruling sang gembala memang sudah patah

Tak ada bunyi indah lagi

Tak ada kegaduhan lagi

Namun suara seruling sang gembala melekat

Suara indahnya melekat di hati penikmatnya

Seakan terus terdengar dan terngiang

Bahkan kini lebih banyak lagi penikmatnya

Kemerduan dan keindahan adalah abadi

Getaran hati para penikmatnya berlimpah

Hingga bisa menggetarkan kursi sang raja

Tak ada yang bisa dilakukan 

Sekalipun titah kuasa sudah dijalankan patih

Sekarang hanyalah menunggu kursi rubuh

Tanpa ada yang bisa dicegah atau disalahkan

(Isk) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun