TerkesimaÂ
Hidup dan mati
Berjalan tipis
Bergandengan tangan
Terbayang samar
Kala waktu terdiam
Semuanya dalam hening
Congkaknya bergeming
Terhenti ditepis lisan
Langit tak pernah sombong
Sekalipun tanah menghardik
Siapa yang terbaik
Senyum terurai dari langit
Air pun turun dari langit
Seakan bercerita
Nikmatilah sapaanku
Kutahu kau gundah wahai tanah
Air kurasa redamkan gundahmu
Tak usah kau ungkitÂ
Tentang siapa terbaik
Tak usah kau cerita
Siapa tertinggi
Nikmatilah hingga kau tak murung
Mentari pun selalu lepas senyum
Tatkala awan menutup pandangan
Mentari percayaÂ
Pandangan gelap pasti berlalu
Ku terabas agar bisa hangati tanah
Sia-sia jika ku lepas sinarku ke atas
Sebab langit adalah tanpa batas
Tak sengaja
Mentari berbisik kepada tanah
Tanah kini merunduk
Menahan malu tak terkira
Betapa congkaknya ia kepada langit
Bertanya siapa terbaik dan tertinggi
Dari semua yang ada di jagad raya
Langit enggan menjawab
Tak terkira
Mentari mengurai jawaban
Mana tanganmu teriak mentari ke tanah
Tanah berikan tangan dengan mata basah
Tangan tanah disandingkan ke tangan langit
Mentari menyatukan tangannya pula
Ada tiga tangan bersatu kini
Berkhidmat
Lupakan jumawaÂ
(Isk)Â