Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maaf, Saya Baru Saja Bilang Lonte

16 November 2020   10:29 Diperbarui: 17 November 2020   08:04 5084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak habis hingga sekarang efek pernyataan yang menyita energi hingga tak ada lagi batas sarkas dan publik terus terlibat tanpa rem lagi. Entah bagaimana lagi hal yang besar dan butuh solusi secepatnya bisa terabaikan karena hal seperti itu. 

Ekonomi masih resesi, pandemi Covid 19 belum berakhir, polemik UU Omnibus Law dan lain-lainnya sangat butuh perhatian ekstra. Apa iya perseteruan dua pernyataan memang ada yang diuntungkan? Jika iya siapa? 

Tapi bisa juga iya, sebab tidak ada yang tidak mungkin dalam mengambil keuntungan bahkan kalau bisa dibuat lebih keruh lagi hingga semua pandangan jadi buram dan samar akan kondisi yang sesungguhnya terjadi. 

Keluar konteks sedikit dari perseteruan NM dan Ustadz Maheer mengenai kata 'lonte'. Jika merujuk ke KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata lonte sendiri berarti perempuan jalang; wanita tunasusila; pelacur; sundal. 

Kasar memang maknanya dan itu jadi pilhan kata membalas di salah satu pernyataan hingga terlihat di publik. Bukan tidak mungkin anak-anak yang belum mengerti kata lonte akan mencari artinya karena penasaran. 

Kata lonte tak hanya kali ini terdengar dan mungkin juga ada yang pernah mendengar dalam pergaulan sehari-hari. Iwan Fals bahkan mengemas kata lonte menjadi suatu karya seni dalam alunan lagu yang indah dan bercerita betapa orang yang disebut lonte memiliki jiwa yang sama dengan manusia lainnya.

Kutipan potongan lirik lagu lonteku (Iwan Fals) 

Lonteku, Terima kasih 

Atas pertolonganmu di malam itu

lonteku, dekat padaku 

mari kita lanjutkan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun