Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ini Dia Daftar Kesulitan Aktifitas Ramadan dan Problematikanya di Tengah Pagebluk Corona

5 Mei 2020   23:31 Diperbarui: 5 Mei 2020   23:31 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sadari Ramadan 2020 berbeda dengan Ramadan sebelumnya. Siapa yang tak rindu akan datangnya Ramadan. Bulan seribu bulan dimana bulan penuh pengampunan dan rahmat. 

Sekalipun berbeda sudah barang tentu ibadah tetap harus jalan apapun kondisinya tiada yang bisa membatasi. Hanya saja ada yang mengalami penyesuaian sebab pagebluk masih menyelimuti kita semua.

Kesulitan yang muncul saat pagebluk saat ini tentu bukan hanya saya, kamu saja yang mengalami. Kita semua mengalami hingga ada penyesuaian apalagi berada zona merah corona.

Kesulitan utama yang ada adalah jelas tak bisa sholat berjamaah namun hanya bisa mendengar kumandang azan. Kondisi ini disesuaikan dengan sholat di rumah baik secara individu maupun berjemaah. Sekalipun ada tradisi yang hilang yaitu tarawih yang khas dilakukan di masjid-masjid lingkungan.

Ada rasa yang tak bisa dijelaskan kita ada kabar sanak saudara maupun teman yang alami sakit dan dirawat di rumah sakit. Pastinya hanya bisa turut mengucapkan doa dan ucapan dikarenakan sudah pasti tak dapat dijenguk selain saudara ataupun orang secara berbatas dikarenakan masuk SOP dari rumah sakit ditengah pagebluk. 

Begitu juga dengan persalinan yang dilakukan di saat kondisi pagebluk berlangsung dan dirujuk ke rumah sakit. Psikologi yang muncul tentu berbeda dengan kondisi biasanya sekalipun daya juang melahirkan mungkin saja sama.

Ada tradisi yang hilang dan kita semua sulit melaksanakannya tahun ini. Mudik atau pulang kampung sudah dinyatakan tidak bisa dilakukan tahun ini. Khusus pulang kampung bisa dilakukan dan itupun sangat sulit dan memiliki persayaratan yang harus dipenuhi seperti adanya surat PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan keterangan lainnya. Sudah kita saksikan ketatnya pengamanan atau check point menjaga pintu masuk setiap kota yang memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar ). Mirisnya jika tetap memaksa justru merugikan bahkan menyusahkan kita karena tak ada ampun dan diarahkan untuk segera putar balik lagi.

Tak ada lagi ngabuburit luar ruang yang biasa kita lakukan seperti di Ramadan sebelumnya. Biasanya ada tempat favorit yang bisa dijadikan sekedar pelepas waktu menunggu waktu jelang berbuka puasa namun kini tidak bisa lagi dilakukan karena jelas ada langgaran "social distancing" atau memiliki potensi terpaparnya virus coronan dalam suatu keramaian. 

Psikologi anak-anak yang tak leluasa keluar ini perlu dijaga sebab ada kejenuhan dan butuh pengertian yang sangat bisa dipahami dan kadang disinilah kesulitan saya menjelaskan.

Kesulitan omzet bagi para pedagang konvensional sudah pasti dialami dan hanya bisa merenung diam dalam pasrah. Ramadan sesungguhnya bulan yang sangat berbeda dengan bulan biasanya sebab secara ekonomi justru di bulan inilah ada pergerakan mesin ekonomi yang sangat luar biasa terjadi. 

Kini semuanya berbatas dalam rangka mencegah terjadinya interaksi massa berlebihan dalam bertransaksi. Akhirnya semua kebanyakan beralih usaha atau hijrah menjadi pedagang online. 

Ketiadaan pedagang konvensional secara offline seperti pasar jadi suatu kehilangan tradisi dimana pembeli dan pedagang bertemu dan berbelanja sesuai selera khususnya emak-emak. Pasar yang pada umumnya diperbolehkan hanya kebutuhan pangan namun jam berbatas.

Ada tradisi yang juga biasanya rutin dilakukan keluarga besar, rekan main maupun rekan kerja. Ya agenda buka puasa. Sudah bisa dipastikan tahun ini taka da alias tak diizinkan berdasarkan aturan yang sudah diberlakukan. Jelas kondisi menimbulkan kesulitan baru bagi saya, kamu atau kita semua yang terlibat dalam interaksi tersebut.Melayanglah omzet dan industri kuliner serta jasa lainnya yang seharusnya ngebul dan semarak.

Maraknya pemberhentian produksi suatu produk di suatu perusahaan jelas menimbulkan permasalahan baru lagi. Muncul kesulitan pembiayan produksi dan pembiayaan pekerja yang terjadi dan menimpa saudara ataupun orang lain. 

Kita tak bisa berbuat apa-apa dan mencoba munculkan rasa empati. Kesulitan saya adalah membantu atau memberikan solusi atas masalah yang menimpa teman maupun orang lain hanya bisa melihat dan mendengarkan. 

Ada pesan WA masuk dan kawan meminta bantuan uang karena kondisi yang dialami sudah sangat berat dan inilah dilema dan jadi tingkat kesulitan yang juga mungkin dialami kita sehingga sulit bisa membantu dan membutuhkan pemecahan jalan keluar.

Rasanya kita sudah rasakan kesulitan sudah menyelinap disekitar kita dan menyaksikan langsung kondisi yang terjadi atas dampak pagebluk. 

Semoga segala kesulitan kita semua segera berlalu dan diberikan segala kemudahan dan jalan keluarnya. (Isk)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun