superhero yang dapat menjadi kebanggaan anak-anak kita.
Saat ini sudah ada film layar lebar dan komik anak-anak yang mengangkat tokoh seperti Bima dan Arjuna sebagaiMenurut penulis Arjuna dan Bima itu masih produk asing karena berasal dari Jambudwipa, India. Sama saja kalau kita mengangkat Salahudin Al Ayubi dari Timur Tengah atau Herkules dan Thor dari daratan Eropa.
Tidak ada yang salah kalau kita mau mengidolakan tokoh pahlawan asing, hanya saja kalau kita sampai ada tokoh pahlawan dari luar negeri lalu diklaim sebagai produk lokal khas Nusantara itu seperti mengklaim superman atau spiderman buatan anak negeri sendiri.
Lalu jika ada yang membantah itu tidak mungkin, menurut penulis, mungkin-mungkin saja, ratusan atau cukup puluhan tahun kemudian bisa saja tokoh-tokoh yang awalnya berasal dari luar lama-kelamaan diakui juga sebagai miliknya, sebagaimana yang terjadi pada tokoh-tokoh Pandawa ini.
Arjuna dan tokoh-tokoh Pandawa lainnya dapat ditemui dalam hikayat Mahabharata asli, dan Mahabharata asli ini hanya berasal dari Jambudwipa, meski di sana punya banyak sekali versinya, namun keberadaan kelima tokoh Pandawa ini kemungkinan besar dapat dipastikan.
Melihat hal itu, apakah ada tokoh-tokoh lain yang dapat diklaim asli dari Nusantara? Di antaranya adalah Semar, Petruk, dan Gareng.
Ya, ketiga tokoh ini meskipun kisahnya banyak ditemui dalam pewayangan hikayat Mahabharata, tapi bukan versi asli India, melainkan versi asli Jawa.
Karena ketiga tokoh ini merupakan pencakokkan baru setelah hikayat ini diadaptasi oleh nenek moyang kita dahulu. Di mana kita tidak akan pernah menemui mereka di dalam hikayat Mahabharata asli India.
Mereka adalah simbol dari masyarakat zaman dahulu di Nusantara yang berasal dari orang Melanesia, lihat saja perawakan mereka yang berkulit hitam, bukan coklat atau terang seperti halnya tokoh-tokoh wayang lainnya. Itu menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang Proto dan Deuro Melayu, dan sudah pasti bukan orang Indo-Arya India.
Jika ada yang membantah, mereka itu orang Dravida yang berkulit gelap. Apabila itu asumsinya, maka pastinya sudah disebutkan keberadaan ketiga tokoh ini di dalam Mahabharata versi aslinya dari India.
Mereka bukanlah orang Dravida, tapi orang Melanesia. Walaupun antara menurut beberapa ahli orang Dravida itu konon masih ada hubungan genetik dengan orang Melanesia, tapi itu konteksnya sudah berbeda.
Kembali lagi kepada Semar, Gareng, dan Petruk. Karena mereka tokoh asli Nusantara, bahkan sebelum orang Melayu Tua dan Mudah datang, tidak ada salahnya merekalah yang berhak digadang sebagai superhero khas Nusantara.
Mungkin perlu ada penyebutan Super Gareng atau Captain Petruk untuk diangkat menjadi superhero zaman modern saat ini. Penggubahan nama ini lebih sekedar agar dapat diterima anak-anak zaman sekarang yang sudah terbiasa mengenal istilah asing supaya terdengar lebih keren.
Namun ada satu pelajaran penting jika Semar, Gareng, dan Petruk ini jadi diangkat sebagai superhero kita. Tidak seperti kebanyakan superhero atau jagoan, ketiga tokoh ini bukanlah sosok para laki-laki yang ganteng bin gagah, mereka itu layaknya laki-laki kebanyakan yang ada dalam kehidupan nyata sehari-hari di sekeliling kita.
Banyak sekali laki-laki di sekitar kita, seperti ayah kita, saudara, dan teman-teman yang gendut, kurus, buncit, kerempeng, hitam kulitnya, besar hidungnya, pesek, dan masih banyak lagi bentuk rupa mereka. Tapi justru orang-orang seperti merekalah banyak bermuncullan pahlawan-pahlawan hebat dalam dunia nyata.
Mereka bukan pahlawan fiksi, tapi mereka adalah pahlawan fakta yang benar-benar ada.
Nah, dengan kehadiran Semar, Gareng, dan Petruk yang tidak sempurna itulah yang dapat memberikan pelajaran bagi kita semua, bahwa superhero atau pahlawan itu tidak dilihat dari rupa luarnya tapi justru dari perilaku dan kebijaksanaannya yang dapat membantu banyak orang lain.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H