Aji Saka di tanah Jawa ini, di antaranya sebagai perintis awal pembentukan budaya Jawa, sehingga penduduk di bagian tengah dan timur pulau Jawa menjadi berbeda budayanya dengan budaya penduduk yang tinggal di bagian baratnya.
Banyak sekali yang bisa digali dari peranKadangkala ada pertanyaan, mengapa bisa pulau Jawa ini terdapat dua suku bangsa yang berlainan budaya dan bahasanya? Yaitu Sunda dan Jawa.
Kalau dibandingkan dengan pulau lain, seperti Sumatera atau Sulawesi, pulau Jawa sebenarnya memiliki keberagaman budaya dan bahasa yang lebih sedikit.
Hanya saja pertanyaan mengenai mengapa bisa ada suku Sunda dan Jawa ini mungkin agak menggelitik untuk coba ditelusuri penyebabnya.
Kembali kepada Aji Saka, era kepemimpinannya menandai babak baru dalam sejarah tanah Jawa, karena diperkirakan pada masanya dimulailah penanggalan kuno Kalendar Saka dan aksara Jawa.
Seperti yang telah terjadi pada banyak peradaban, penemuan aksara baru sering menjadi awal baru pembentukan budaya yang berbeda dari sebelumnya. Contohnya terlihat pada penemuan aksara Cyrillic yang sangat mempengaruhi perkembangan budaya di kawasan Rusia dan Eropa Timur setelah aksar tersebut ditemukan dan disebarluaskan.
Begitu pula setelah ditemukannya aksara Jawa, dengan adanya aksara baru ini maka perlahan-lahan akan membentuk bahasa yang terpisah dari bahasa sebelumnya. Nampaknya evolusi penyebaran aksara Jawa ini dan kemudian bahasanya berbarengan dengan perluasan kekuasaan politik dari kerajaan Mataram Kuno.
Karena kekuasaan Mataram Kuno hanya meliputi pulau Jawa bagian tengah dan timur, membuat penduduk Jawa bagian barat yang karena tidak dikuasai kerajaan tersebut menjadi berbeda perkembangan bahasanya.
Tidak menutup kemungkinan, apabila Aji Saka tidak pernah berkuasa di Medang Kamulan, maka bahasa yang dipergunakan oleh penduduk pulau Jawa akan lebih homogen daripada saat ini. Ibaratnya, sejak masa itu, penduduk di tengah dan timur berkembang ke arah yang berlainan dengan penduduk yang berada di baratnya.
Namun kita tidak dapat menyederhanakan awal penyebab pembedaan itu, bisa jadi banyak faktor lainnya. Seperti kerajaan-kerajaan Jawa Barat yang semakin terisolir dari pengaruh India, sedangkan kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Timur tetap dapat mempertahankan hubungannya dengan Jambudwipa (India), sehingga pengaruh Indianisasinya lebih kuat terasa pada budaya Jawa daripada budaya Sunda.
Disinilah juga yang dapat menjawab mengapa di tanah Sunda lebih sedikit ditemukan candinya daripada di Jawa bagian tengah dan timur. Mungkin saja karena masih rutin berinteraksi dengan Jambudwipa, menjadikan banyaknya para pematung dan seniman dari sana yang dapat berkunjung ke Jawa bagian timur dan tengah.
Transformasi agama pada masa Mataram Kuno dari Hindu ke Budha Mahayana, lalu kembali lagi ke Hindu, pastinya memerlukan pengaruh besar dari pemuka-pemuka kedua agama tersebut yang berasal dari India.
Selain itu kelihatannya kerajaan-kerajaan Jawa masih tetap dapat mempertahankan dominasinya di lautan Nusantara, di sisi lain, kerajaan-kerajaan di tanah Sunda cenderung lebih fokus sebagai kerajaan agraris saja. Ini dibuktikan dengan masih seringnya ekspedisi, baik itu perdagangan maupun penaklukan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Jawa, seperti ekspedisi Pamalayu oleh kerajaan Singosari dan beberapa penaklukan seberang pulau oleh kerajaan Majapahit.
Jadi kesimpulannya Aji Saka mungkin hanya sebagai pembuka saja, karena perjalanan terbentuknya budaya Jawa itu masih berlanjut hingga beberapa abad berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H