Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Prusia

15 November 2022   09:08 Diperbarui: 15 November 2022   09:10 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perjalanan Prussia tidak berhenti disana. Puncaknya adalah 1870-1871 yang merupakan tahun bersejarah berdirinya kekaisaran baru yang menyatukan sebagian besar negara kepangeranan kecil yang beretnis Jerman. Prestasi ini menjadi hasil jerih payah arsiteknya sang kanselir Otto von Bismark yang lalu membawa negara baru ini menjadi raksasa baru yang membuat kawatir para "pemain-pemain lama" semacam Perancis dan Inggris.

Tulisan ini bukanlah artikel sejarah mengenai Prussia yang pastinya sudah cukup banyak dimuat pada media massa. Sebenarnya banyak pelajaran yang bisa diambil dari Prussia yang meskipun tertatih-tatih menapaki perjalanannya dari negara mungil dan lemah yang sering menjadi "makanan" negara besar hingga dengan gemilang berhasil menjadi kekaisaran paling berpengaruh pada akhir abad 19.  

Jika dibandingkan dengan Israel atau Singapura misalnya yang juga negara kecil tapi survive berdiri ditengah-tengah negara-negara besar. Prussia bisa jadi lebih hebat karena mereka menjadi negara yang bertumbuh dari kecil ke raksasa, sedangkan kedua negara diatas "hanya" berhasil bertahan saja belum sampai memperbesar ukurannya menjadi raksasa.

Prussia sendiri didirikan dilahan yang miskin sumber daya alam, tapi sepertinya sudah menjadi takdir kalau negara semacam itu kemungkinan besar akan dianugerahkan kompetensi sumber daya manusianya yang cenderung lebih baik daripada negara-negara yang dari awal sudah kaya hasil buminya. Dari situ sudah selayaknya bagi kita yang tinggal di Indonesia untuk tidak berhenti hanya berbangga diri bahwa Indonesia adalah negeri yang berlimpah akan kekayaan alamnya, seperti pepatah gemah ripah loh jinawi. Karena jika hanya berhenti disitu maka negara seperti itu justru akan menjadi incaran dan dieksploitasi oleh negara lain yang lebih kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun