Kembali kepada keprihatinan akan buruh tani negeri ini, mungkin mereka tidak berkontribusi banyak terhadap jumlah hasil pertanian yang dapat dihasilkan karena banyaknya keterbatasan yang dimiliki.Â
Kalau tanahnya luas dan modalnya banyak tidak mengherankan jika output hasil pertaniannya melimpah, maka seharusnya kita tidak perlu heran bilaman buruh tani yang modalnya pas-pasan menghasilkan output yang sangat minim. Maka sebaiknya kita tidak melihat hanya dari segi besaran jumlah hasil pertanian saja tetapi layaknya anatomi manusia, semua tubuh pasti ada maksud diciptakannya, dari ujung rambut sampai ujung kuku kaki semuanya ada manfaat sehingga tidak mungkin ada yang mubazir dan tidak ada gunanya.Â
Begitu pula petani gurem dan buruh tani, kehadiran mereka walau hampir tidak terlihat pasti tetap ada gunanya, tidak menutup kemungkinan akan terjadi kepincangan jika sosok-sosok buruh tani tidak ada lagi di tanah negeri ini. Bisa saja apabila tidak ada buruh tani maka kita akan merekrut buruh-buruh dari negeri lain karena tetap saja diperlukan orang-orang yang dapat melakukan pekerjaan kasar dalam bertani karena tidak semua bisa dilakukan oleh mesin dalam membudidayakan suatu produk pertanian. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H