Menjelang meninggalnya Mbah Moen di Mekkah beberapa bulan lalu, Gus Baha' seorang da'i dari kalangan pesantren viral di dunia medsos. Ceramah-ceramahnya banyak dishare di Youtube, Ig, Twitter, dan media sosial lainnya, dan selalu ramai dikunjungi oleh para viewer.Â
Saya mengamati seringkali dalam hitungan waktu yang tidak lama setelah dishare di media oleh para penggemarnya, ceramah itu kemudian dilihat oleh belasan hingga ratusan ribu. Tapi sayang karena tidak memiliki tim official secara khusus, ada sekian banyak akun di You Tube yang biasa nge-share ceramah-ceramah Gus Baha'. Ceramah-ceramahnya banyak disukai karena enak didengar, berbobot, berdalil namun juga rasional.Â
Gaya Gus Baha' yang santai namun ceplas-ceplos tampaknya justru banyak disukai orang. Ceramah Gus Baha' juga banyak dinanti karena seolah memberi pilihan yang menyegarkan di tengah-tengahnya banjirnya ustadz-ustadz di televisi dan di medsos yang kadang ceramahnya hanya ngalor ngidul dan dianggap kurang berbobot (setidaknya pandangan ini sudah cukup lama dirasakan oleh sebagian besar kalangan pesantren dan kalangan terdidik islam), bahkan tak jarang mengundang polemik.Â
Maka hadirnya Gus Baha' seolah menjawab itu semua. Apalagi ceramah-ceramah Gus Baha' juga sering di pandang menyejukkan dan tidak menghakimi, namun dibangun berdasarkan argumentasi keagamaan yang kokoh, meskipun disampaikan dengan gayanya yang ceplas-ceplos.
Siapa sebenarnya Gus Baha'?Â
Nama lengkapnya adalah kiai Baha'uddin bin Nur Salim. Gus Baha' adalah salah satu santri kesayangan kiai Maimoen Zubair atau Mbah Moen. Gus Baha' nyantri (belajar di pesantren) kepada mbah moen sejak di usia sangat belia hingga dewasa. Ia juga dikabarkan sebagai santri yang cerdas meskipun juga agak "njandab".Â
Ketika remaja telah hafal Alqur'an 30 juz, dan kabarnya juga hafal Shahih Muslim, salah satu kitab induk hadis yang berisi ribuan hadis. Selain itu Gus Baha' juga alim di bidang fikih (hukum Islam) dan ushul fiqih. Mungkin di kalangan umat Islam di Yogyakarya, Gus Baha'  sudah cukup lama dikenal, karena Gus Baha'  memang memulai dakwahnya dari sana, sebelum akhirnya pulang kembali ke daerah asalnya di  daerah Kragan, Rembang dan menjadi pengasuh pesantren ayahnya.Â
Gus Baha' Â lama menetap di Yogjakarta. Sudah lama pula mengisi majlis-majlis pengajian di sana, selain juga mengajar di universitas Islam Indonesia. Di UII Gus Baha' Â juga menjadi pentashih terjemah Al-Qur'an yang diterbitkan oleh kampus tersebut. Â Â
Akhir September lalu dalam sebuah obrolan bersama beberapa kawan, Gus Baha' bercerita banyak tentang perjalanannya belajar kepada kiai Maimoen Zubair.Â
Gus Baha' juga menceritakan ia nyantri kepada mbah moen sejak kecil hingga dewasa dan tidak nyantri di pesntren lain. Maka menurutnya ia banyak memahami bagaimana manhaj (metode) dakwah kiai Maimoen. Bahkan menurut Gus Baha' mungkin satu-satunya santri kiai Maimoen (yang kemudian menjadi ulama berpengaruh) yang hanya nyantri di pesantren Al-Anwar yang diasuh oleh mbah Moen.Â
Memang sangat banyak santri mbah Moen yang kemudian menjadi tokoh berpengaurh di daerahnya atau pengasuh pesantren besar dengan ribuan santri, namun kebanyakan mereka tidak hanya nyantri kepada mbah Moen. Maksudnya setelah lulus dari pesantren Al-Anwar mereka banyak yang melanjutkan ke Mekkah dan lain sebagainya. Demikian pula putra-putra mbah Moen, setelah selesai belajar kepada ayahnya sendiri, mereka ada yang dikirim ke Mekkah, Syiria, hingga Mesir.Â