Mohon tunggu...
Muhammad Asif
Muhammad Asif Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and reseacher

Dosen dan peneliti. Meminati studi-studi tentang sejarah, manuskrip, serta Islam di Indonesia secara luas.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Apa sih Untungnya Menulis di Kompasiana, Pak?

3 Juni 2019   09:27 Diperbarui: 3 Juni 2019   13:32 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa sich untungnya menulis di Kompasiana, pak?" sebuah pertanyaan yang beberapa waktu lalu ditanyakan oleh seorang mahasiswa, ketika sedang konsultasi atau lebih tepatnya ngobrol-ngobrol dengan saya. 

Si penanya adalah mahasiswa semester 6 yang kebetulan juga memimpin redaksi majalah mahasiswa di kampus kami. Di sela-sela ngomongin majalah yang dia kelola, dia tanpa sengaja nyletuk menanyakan itu. 

Mungkin ia tahu belakangan saya aktif menulis catatan di blog kolektif ini. Kadang saya juga membagikan catatan-catatan yang saya anggap penting ke mahasiswa dan biasanya mereka akan nge-share ke teman-temannya.

Kompasiana, meskipun merupakan grup blog atau tepatnya gak hanya sekedar blog, tapi beyond blogging, terbesar di Asia Tenggara, tapi belum banyak yang tahu di tempat kami.

 Atau tepatnya sudah ada sebagianyang mengenal dan tahu, tapi hampir belum ada yang ikut dan aktif. Saya sendiri kadang juga nge-share catatan-catatan yang saya anggap penting dan aktual, ke grup teman-teman dosen, atau bahkan di grup penelitian dan grup lain yang saya ikuti. 

Pernah ada seorang mahasiswa dari luar Jawa yang dulu katanya pernah aktif di Kompasiana tapi belakangan katanya akunnya dibiarkan begitu saja.

Tulisan ini bisa jadi merupakan jawaban kapada mahasiswa tadi, atau kepada orang lain tentang alasan kenapa menulis di sini. Saya sendiri beberapa waktu lalu juga menyarankan seorang mahasiswa atau tepatnya alumni yang kini tengah melanjutkan studi di sebuah negara di benua Afrika untuk ikut menulis di Kompasina. Ketika kuliah dulu dia juga aktif menulis dan sering mengikuti lomba karya ilmiah. Tapi kelihatannya dia agak vakum sekarang. 

Saya katakan padanya, "banyak manfaatnya". Kemudian saya lanjutkan, "tulisan kamu bisa dibaca oleh orang dari berbagai latar belakang agama, daerah, suku, dan budaya, serta profesi di seluruh Indonesia". Bukankah di Kompasiana adalah lebih dari 350 Ribu anggota dari berbagai daerah, suku, agama, dan budaya yang berbeda? 

Dari segi profesi saja misalnya mulai dari ibu rumah tangga, guru, karyawan swasta, pustakawan, wartaman dan mantan wartawan, penulis, dosen, diplomat, komentator film, komentator olahraga, dokter, petani, polisi dan TNI, ustadz, pendeta hingga mantan menteri ada di Kompasiana. Hampir semua profesi ada.

Dari sana kita sering kali bisa dapat informasi atau pengetahuan di luar dunia kita. Kita bisa saling berbagi pengetahuan, saling ngasih komentar, hingga ngasih rating untuk tulisan-tulisan yang yang kita anggap menarik, bermanfaat atau bahkan inspiratif. Saya misalnya bisa tahu tentang kondisi di wilayah Indonesia Timur dan juga daerah lain  juga sering dari tulisan seorang Kompasianer. Tahu kondisi mikro dunia pendidikan kita, dari catatan para guru. Dan lain sebagainya.

Ya saya katakan demikian, karena memang bagi saya tujuan utama menulis di Kompasiana adalah untuk berbagi. Saya bisa mengaktifkan lagi kebiasaan saya ketika masih kuliah dulu: menulis catatan harian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun