Mohon tunggu...
Muhammad Asif
Muhammad Asif Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and reseacher

Dosen dan peneliti. Meminati studi-studi tentang sejarah, manuskrip, serta Islam di Indonesia secara luas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Seorang Perempuan TKI di Arab Saudi dan Nasib Anak yang Ditinggalkannya

15 Februari 2019   22:01 Diperbarui: 15 Februari 2019   22:19 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas dari alian saya diajak Hasan menuju ke arah Petanahan, sebuah daerah di bagian selatan kebumen, daerah garis pantai laut selatan. Rencananya kami akan menginap di sana, di rumah paman Hasan. Kami pun akhirnya sampai di petanahan setelah melakukan perjalanan kurang lebih setengah jam.

Sebuah desa yang masih sangat alami. Tapi asri.  Di sepanjang jalan masuk ke desa paman Hasan terdapat pohon kelapa di setiap sisi, di kanan dan kiri. Sempat pula terbersit pertanyaan bernada heran, "orang kalau lewat kok tidak takut kejatuhan kelapa", kalau ada buah atau tangkai kelapa yang misalnya tiba-tiba jatuh dan menimpa orang yang lewat. Saya sampai di rumah paman Hasan , dan diperkenalkan dengan pamannya.

Rumahnya sederhana. Pamannya bekerja sebagai pedagang kecil di pasar. Paman Hasan punya dua anak laki-laki dan perempuan. Masih kecil-kecil yang pertama perempuan masih berada di bangku sekolah dasar. Sedangkan adiknya berumur sekitar 3 atau 4 tahun.

Sore harinya ketika kami bersantai di pelataran rumah. Memandangi pemandangan hijau, melihat-lihat pohon kelapa yang menjulang tinggi dengan buahnya yang menggerombol. Tak jauh dari kami, keponakan Hasan sedang bermain dengan dua anak yang merupakan tetangga dekat rumahnya. Satunya perempuan usia antara 5 sampai 6 tahun satu lagi seorang anak laki-laki mungkin umurnya antara dua sampai tiga tahun. Kisah dua anak inilah yang sebtulnya ingin saya ceritakan.

Melihat ada anak-anak kecil yang bermain-main tak jauh dari saja, saya mengambil beberapa coklat yang saya simpan di saku. Saya kasihkan ke dua keponakan Hasan dan dua anak tadi.

Dua keponakan Hasan langsung mau menerimanya dengan girang. Namun keanehan terjadi ketika saya hendak menawarkan ke anak laki-laki yang berumur dua atau tiga tahun tadi. Dia tidak menerima coklat yang saya tawarkan padanya.

Saya lihat bukan karena tidak mau. Tapi saya lihat seperti ada semacam ketakutan dari anak kecil ini untuk sekedar menerima kebaikan dari orang lain. Anak kecil itu juga kelihatan sangat peminder.

Ya saya memang bukan seorang psikolog, tapi ketika kuliah dulu saya cukup sering membaca buku-buku psikologi, termasuk psikologi perkembangan, psikologi klinis dan lain sebagainya. Saya merasa menemukan sesuatu yang aneh.

Anak umur segitu diberi sesuatu oleh orang, tidak mau menerima tapi malah seperti ketakutan. Dia seperti tidak berani hanya untuk menerima kebaikan dari seseorang. Saya simpan rasa penasaran itu. Sampai akhirnya di malam hari saya kemudian bertanya ke Hasan, tentang keluarga si anak kecil tadi.

Anak kecil itu rumahnya tak jauh dari rumah paman Hasan, di depannya berjarak sekitar 25 meter. Ternyata anak itu tinggal bersama ayahnya dan kakaknya yang berusia 5-6 tahun tadi. Ibunya menjadi TKI di Arab Saudi. Menurut cerita yang saya terima, ayah mereka tidak bekerja.

Mungkin itu yang memaksa istrinya untuk mencari nafkah dan pergi ke Saudi. Kabarnya  si lelaki suka mabuk-mabukkan dan main judi. Istrinya membanting tulang dan setiap kali mengirimi uang dari Saudi, namun justru sering dibuat mabuk-mabukan dan main judi oleh suaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun