Mohon tunggu...
Muhammad Asif
Muhammad Asif Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and reseacher

Dosen dan peneliti. Meminati studi-studi tentang sejarah, manuskrip, serta Islam di Indonesia secara luas.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Fadli Zon, Mbah Moen, dan Polarisasi Pemilih Modernis Vis a Vis Tradisional?

10 Februari 2019   09:21 Diperbarui: 10 Februari 2019   09:54 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Muhammadiyah sendiri secara ideologis lebih dekat dengan Salafisme. Demikian pula orang-orang dekat dan tokoh-tokoh yang mendukung Prabowo, sebagian besar adalah orang modernis. Kita sebut saja misalnya Fadli yang merupakan orang terkedat Prabowo, ketika masih mahasiswa ia adalah seorang aktifis HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang beraliran modernis. 

Demikian pula Fahri Hamzah, ia adalah mantan ketua umum KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang secara ideologis dekat dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Prabowo sendiri juga demikian, sejak ketika era Soeharto ia dikenal sebagai "jenderal hijau" yang dekat dengan kelompok modernis. 

Nama-nama seperti Amin Rais, Hidayat Nur Wahid, jelas merupakan tokoh-tokoh modernis yang berpengaruh penting bagi kubu Prabowo. Meskipun kubu ini juga didukung oleh Habib Rizieq dan Ustadz Abdul Shomad yang ebrlatar belakang tradisional, tapi peran mereka dalam persoalan politik saya kira tidak begitu signifaikan. 

Kubu ini juga tidak hanya didukung oleh kelompok modernis tapi juga kelompok Islamis yang memang secara idelogi lebih dekat dengan mereka. 

Istilah Islamisme mengacu pada Oliver Roy di sini mengacu pada gerakan yang menjadikan agama (Islam, sesuai dengan interpretasinya) sebagai rujukan untuk mencapai tujuan-tujuan politis. Dalam hal ini PKS (Partai Keadilan Sejahtrea) dan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)  masuk dalam kategori ini. 

Para aktifis HTI tampaknya mendukung kubu ini. Para tokoh HTI seperti Al-Khaththat, Ismail Yustanto, tampak terlibat dalam berbagai aksi yang dilakukan oleh gerakan 212. Bendera HTI juga sering kali terlihat dalam berbagai aksi gerakan tersebut. 

Demikian pula Ijtima' ulama yang dikoordinasi oleh gerakan 212 yang akhirnya menetapkan memilih Prabowo sebetulnya juga lebih dekat dengan ijtima' kelompok modernis. Peserta ijtima' ini jelas didominasi oleh kelompok modernis. 

Pada kenyataannya ulama-ulama terkemuka seperti kiai Maimoen Zubair, Prof. Qurais Shihab, kiai Mustofa Bisri, Habib Lutfi, Habib Syech bin Abdul Qodir, TGB (Tuan Guru Bajang), --untuk hanya menyebut beberapa saja---tidak hadir dan tampaknya juga tidak mendukung langkah tersebut.

Sementara kubu Jokowi tampaknya lebih dekat ke kelompok muslim tradisional. Selain didukung oleh partai-partai yang memiliki basis pemilih muslim tradisional seperti PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) dan PPP (Partai Persatuan Pembangunan), Jokowi mengambil KH. Ma'ruf Amin sebagai wakilnya. 

Seperti yang kita tahu kiai Ma'ruf Amin adalah Rais Am PBNU, organisasi muslim tradisional terbesar di Idonesia. Dukungan kiai Maemoen yang diberikan kepada Jokowi semakin mengokohkan arah gerbong muslim tradisional. 

Di luar parpol kubu ini juga didukung oleh tokoh-tokoh seperti Yeni Wahid yang merupakan puteri Gus Dur, Tuan Guru Bajang (TGB) yang merupakan ketua umum Nahdlatul Wathan, sebuah orgnisasi muslim yang juga tradisional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun