Mohon tunggu...
Muhammad Asif
Muhammad Asif Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and reseacher

Dosen dan peneliti. Meminati studi-studi tentang sejarah, manuskrip, serta Islam di Indonesia secara luas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Era Jurnal di Indonesia, Kemajuan Sebuah Bangsa dan Tantangan Hoaks

6 Februari 2019   20:36 Diperbarui: 16 Februari 2019   22:31 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selain tidak adanya kebijakan satu atap antara laboratorium/lembaga riset dengan industri, hilirisasi riset kadang terkendala kepentingan politik tertentu yang bersifat pragmatis. Mungkin ada benarnya salah satu klaim dari lembaga riset di Australia yang dikutip oleh profesor Ravik Karsidi dalam presentasi Dewan Riset nasional akhir tahun kemaren, bahwa Indonesia selama ini membangun "tanpa pengetahuan".

Tantangan Hoaks

Di tengah meningkatnya riset dan publikasi ilmiah di negara kita, ada persoalan baru yang cukup menjadi tantangan, penyebaran hoaks dan penyebaran ujaran kebencian. Ini juga perlu ditangani dengan serius. Contoh kasus beberapa negara Timur Tengah dan di Mesir misalnya hoaks dan penyebaran ujaran kebencian menyebabkan negara tersebut jatuh ke arah chaos pada 2012, bahkan hingga sekarang demokrasi berjalan mandek. Hoaks dan ujaran kebencian juga bisa berpotensi memecah belah bangsa.

Negara kita belakangan mendapat tantangan besar dari hoaks dan ujaran kebencian terutama melalui media-media sosial. Hasil-hasil penelitian yang ada juga menunjukkan meningkatkanya radikalisme baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Hoaks dan ujaran kebencian terutama yang dibungkus atas nama agama bisa mendorong ke arah radikalisme.

Sayangnya belakangan banyak pihak yang justru terlibat saling memaki saling menyebar kebencian melalui media sosial, tidak sedikit pula yang suka menebar hoaks demi tujuan politik dan kelompok tertentu. Apalagi menjelang pemilu seperti saat ini. Padahal di era post truth, sesuatu yang tidak benar, tidak otoritatif akan menjadi menjadi atau setidaknya dianggap benar jika populer, sering dishare, dan banyak yang nge-like.

Sangat disayangkan pula, di saat para akademisi dan peneliti kita berjibaku melakukan penelitian, kadang harus membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun, tidak sedikit yang harus meninggalkan rumah dan keluarga, belum lagi harus bergelut para reviewer jurnal bereputasi yang seringkali sangat "killer" semua demi menghasilkan riset-riset yang bermutu, di sisi lain, tidak sedikit politisi dan publik figur kita yang justru saling mengumpat, memaki dan menebar benih-benih kebencian sesama anak bangsa. Padahal mestinya disadari hoaks, ujaran kebencian tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali kekacauan dan kerusakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun