Mohon tunggu...
Muhammad Asif
Muhammad Asif Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and reseacher

Dosen dan peneliti. Meminati studi-studi tentang sejarah, manuskrip, serta Islam di Indonesia secara luas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Era Jurnal di Indonesia, Kemajuan Sebuah Bangsa dan Tantangan Hoaks

6 Februari 2019   20:36 Diperbarui: 16 Februari 2019   22:31 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini juga berlaku bagi akademisi yang sudah memiliki jabatan fungsional Lektor Kepala (Associate profesor), per 3 tahun mereka harus publikasi minimal di 3 jurnal terakreditasi atau 1 jurnal internasional. Dari total dosen dan peneliti yang sudah terverifikasi di SINTA sebanyak 152.309 (jumlah seluruhnya sekitar 250an ribu), ada 4157 profesor dan 20486 Lektor Kepala. Jika total jumlah peneliti yang terdaftar itu setiap tahun melakukan penelitian dan menghasilkan publikasi ilmiah atau hak paten, maka kuantitas dan kualitas publikasi ilmiah kita akan terus meningkat.

Hasil-hasil yang di terbitkan di jurnal-jurnal yang ada di seluruh universitas dan lembaga riset dan litbang kementrian sekarang juga bisa kita akases secara terbuka melalui laman jurnal terkait atau melalui laman Science and Technology Index (SINTA) di sinta2.ristekdikti.go.id.  

Tingkat Publikasi Ilmiah dan Kemajuan Sebuah Bangsa

Tingkat publikasi jurnal ilmiah sebuah negara sering dikaitkan dengan tingkat kemajuaannya. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat adalah negara-negara yang tingkat publikasi ilmiahnya tinggi.

Kemajuan publikasi ilmiah suatu negara berarti terkait dengan kemajuan riset dan ilmu pengetahuan negara yang bersakutan. Cina dan Korea Selatan adalah contoh negara di Asia yang tingkat publikasi ilmiahnya sangat tinggi. Cina misalnya, kabarnya memberikan dana besar-besaran untuk kepentingan riset dan pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

Mereka juga memberikan hibah besar kepada setiap akademisi dan peneliti yang melakukan publikasi di jurnal internasional bereputasi. Dari sini para akademisi di Cina berlomba-lomba untuk melakukan riset dan kemudian menerbitkannya di jurnal-jurnal internsional. Mereka juga berlomba-lomba untuk mencari temuan-temuan terbaru dan melakukan inovasi.

Publikasi jurnal internasional Cina sangat melimpah. Korea Selatan kabarnya juga tak jauh berbeda. Ketua  LP2M (lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) UNS, misalnya pernah menceritakan bahwa di Korsel, setiap tahun lembaga berwenang justru mendatangi kampus-kampus yang ada, mereka secara pro aktif menanyakan inovasi-inovasi dan temuan-temuan untuk kemudian didata dan diuruskan hak cipta dan patennya.

Tidak hanya sampai di situ hasil-hasil riset itu kemudian diikuti oleh kebijakan pemerintah yang mendukung. Ini yang tampaknya masih belum bisa berjalan dengan baik di negara kita. Di Indonesia untuk mengurus hak paten dan hak cipta masih cukup "berliku" prosesnya. Sehingga para peneliti atau ilmuwan yang telah menemukan temuan-temuan riset dan inovasinya sering kali harus lagi direpotkan untuk sekedar mengurus hak paten.

Demikian pula kebijakan pemerintah di Korsel kabarnya menjadikan laboratorium-labotorium riset universitas satu atap dengan industri, sehingga setiap temuan dan inovasi terbaru (tentu saja di bidang ilmu terapan) kemudian ditindaklanjuti dengan produksi dan pengembangan. Hal ini membedakannya dengan di negara kita.

Di sini antara lembaga riset, laboratorium riset perguruan dan industri tidak ada saling kaitan alias berjalan sendiri-sendiri. Sehingga hasil-hasil riset, temuan-temuan dan inovasi ilmuwan kita seringkali hanya berhenti pada publikasi ilmiah atau hak paten. Namun setidaknya kita masih beruntung riset dan publikasi ilmiah di negara kita mengalami kenaikan yang signifikan, artinya ilmu pengetahuan di negara kita bisa berkembang tinggal kedepan bagaimana pemerintah bisa membuat kebijakan yang bisa mendukung ke arah sana.

Program hilirisasi (produksi) hasil riset yang diinisasi oleh Kemenristek setidaknya menjadi langkah awal untuk mencapai cita-cita tersebut, meskipun tentu saja masih banyak kekuarangannya di sana sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun