Mohon tunggu...
Muhammad Asif
Muhammad Asif Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer and reseacher

Dosen dan peneliti. Meminati studi-studi tentang sejarah, manuskrip, serta Islam di Indonesia secara luas.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasiana, Aktivitas Menulis, Jurnal Ilmiah dan Catatan Harian

30 Januari 2019   08:52 Diperbarui: 30 Januari 2019   09:29 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sekadar perbandingan misalnya menulis satu artikel di koran nasional hanya akan dapat poin satu (1), dibanding dengan menerbitkan artikel di jurnal terakreditasi dengan 25 poin atau bahkan 40 untuk jurnal yang sudah internasional.  

Bahkan ada seorang dosen, sudah profesor,  di sebuah kampus negeri ternama di Jawa Tengah yang pernah mengatakan, "dosen itu kelasnya menulis di jurnal internasional, menulis (opini/artikel) di koran, itu kelasnya mahasiswa". 

Pernah juga seorang dosen UGM, sudah profesor, bercerita kepada saya, "sekarang kawan-kawan di UGM itu jadi pada syndrom Scopusism (Scopus salah satu indek jurnal ilmiah yang konon paling "Globally  recognized") yang dipikirkan hanya bagaimana bisa menerbitkan artikel di jurnal terindek Scopus". Setiap kali yang dipikirkan hanyalah bagaimana bisa menerbitkan artikel di jurnal-jurnal bereputasi. Itu mimpi dan obsesi saya. Sebagai seorang pengajar muda saya juga awalnya ikut beranggapan seperti itu. 

Jurnal memang penting untuk perkembangan ilmu pengetahuan.Bahkan tingkat publikasi jurnal biasanya juga dikaitkan dengan tingkat kemajuan sebuah bansga. Namun tentu saj jurnal memiliki kelemahan-kelemahan. Jurnal  tidak bisa menjangkau publik secara luas, jurnal biasanya hanya dibaca oleh orang-orang yang sesuai dengan rumpun ilmunya. 

Jurnal, mungkin saja juga bisa membuat bahasa orang menjadi "kaku", rigit. Bahkan mungkin tidak hanya orangnya, bisa jadi juga sikapnya. Seorang kawan misalnya berseloroh, "jurnal, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat".

Saya senang sekali bisa bergabung dengan menjadi Kompasioner. Meski saya tidak begitu memahami seluk-beluk kompasiana, bahkan mungkin untuk hal-hal kecil misalnya apa  beda kolom "Pilihan Editor" dan "Topik Pilhan, dan lain sebagainya. 

Namun  setidaknya saya bisa kembali belajar menulis catatan, belajar menulis populer. Belajar lagi menulis sastra dan lain sebagainya.  Syukur-syukur tulisan saya bisa dibaca dan bermanfaat atau setidaknya saya bisa bertegur sapa, berkomunikasi dengan orang dengan berbagai latar belakang. 

Saya dulu misalnya sering menulis puisi, dan beberapa pernah dimuat media, namun entah karena apa sekarang gak bisa lagi sepertinya.

Salam, Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun