Mohon tunggu...
Zaki Annasyath
Zaki Annasyath Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Lagi belajar nulis-Neraka terdalam dicadangkan bagi orang-orang yang tetap bersifat netral disaat krisis moral

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Mimpi, Mari Kita Berdansa

6 Agustus 2019   08:31 Diperbarui: 6 Agustus 2019   11:02 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupanya, Dandhi yang mabuk berjalan menuju sekolahnya dan melanjutkan minum disana. Imbasnya, Junaedi, Guru Pramuka SD Ciawi, mengancam akan merekomendasikan kepada Kepala Sekolah agar Dandhi dikeluarkan.

Guru-guru lain pun mengeluhkan sikap Dandhi yang slengekan selama bersekolah disana. Menurut mereka, ia seharusnya sudah dikeluarkan sejak dulu. 

Namun, asumsi bahwa Dandhi cuma sebagai korban dari lingkungannya membuat sekolah pada akhirnya tetap mempertahankan bocah itu sampai saat ini meskipun telah ketahuan mabuk. Harapannya satu: Dandhi tidak terperosok makin dalam.

Kendati bajingan, ia seperti anak-anak lainnya, Dandhi ingin jadi pemain sepak bola. Sebagai Fans Persib Bandung, wajar kalau Arthur dan Mihelik menjadi idolanya. 

Bersama Muhammad Andhika dan kawan-kawan, mereka kerap bermain bola di lapangan belakang setiap sore. Untuk meraih impiannya, Dandhi bergabung dengan Sekolah Sepak Bola (SSB) Bareto. Namun, setelah beberapa lama, SSB itu vakum sebab pelatihnya memilih menjadi TKI di Taiwan.

Tak terasa sudah 1 jam kami bicara. Camilan di depan mata pun sudah habis kami lahap. Saya mengakui, mengobrol dengan Dandhi sangat seru sekaligus sulit. Seru sebab kisah tentang dia beserta keluarganya begitu memikat rasa ingin tahu. Sulit karena kosakata bahasa indonesianya terbatas sedang kosakata bahasa sunda Saya terlampau kacau.

Bagaimanapun, seorang dengan segala keterbatasan mampu bermimpi begitu tinggi. Lalu bagaimana dengan kita yang lebih beruntung?. Oh Saya kira, sudah saatnya manusia berani berdansa dengan mimpi-mimpinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun