Jadilah gelas kosong yang siap diisi air.
Menjadi gelas kosong berarti kita siap menerima ilmu yang diberikan kepada kita. Menjadi gelas kosong berarti kita haus akan ilmu dan selalu belajar hal baru, sebagaimana kata2 yang sering diucapkan motivator, "Never stop learning", " Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China", dan "Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat".
Ilmu dapat diperoleh dari mana saja, bahkan dari orang yang lebih muda. Maka jangan melihat siapa yang bicara, tetapi lihatlah apa yang dibicarakan.
Jangan jadi gelas penuh yang tak bisa diisi air.
Jangan merasa paling tahu dan paling berpengalaman. Sikap ini biasanya menjadikan kita anti kritik dan tidak toleransi.
Kita tidak boleh menutup diri atas hal baru, termasuk kritikan kepada kita. Seberapa pintarnya kita, yang namanya pengetahuan selalu berkembang. Terkadang, beda tempat, beda orang, beda cara penerapan ilmu.
Gelas kaca bisa tetap bening atau berubah menjadi keruh.
Gelas kaca yang diisi air mineral tetap bening, berbeda jika diisi kopi, berubah menjadi keruh. Ini adalah perumpamaan tentang ilmu yang kita serap. Jika menyerap hal yang baik, maka kita akan menjadi baik. Sebaliknya, hal buruk menjadikan kita buruk pula.
Jadi, walaupun gelas kosong dapat diisi air apapun, harus ada filter. Kita juga harus memiliki filter akan informasi yang kita terima. Ambil pelajaran baiknya, buang yang buruk.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H