Mohon tunggu...
Yusuf Awwab
Yusuf Awwab Mohon Tunggu... -

Hidup tanpa prasangka buruk akan menumbuhkan kecintaan dan persaudaraan pada sesama manusia. Love For All Harted For None

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Presiden Tak Hadir dalam Aksi 4 November, Perlukah Dimaklumi?

7 November 2016   10:47 Diperbarui: 11 November 2016   20:39 6071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AAGym dan Santrinya serta pendemo lainnya menyapu membersihkan sampah (SUmber: Republika.co.id)

Meski sudah lewat tiga hari, demo 4 November masih menyisakan cerita yang menarik. Aksi damai tersebut mendadak menjadi ricuh saat memasuki detik-detik terakhir berakhirnya waktu demo. Sekitar pukul enam lewat lima belas menit pecah bentrokan antara pendemo dengan aparat. Siapakah yang menjadi provokator dari aksi damai yang sudah terbangun begitu damai dan indah dari pukul satu siang hingga enam malam tersebut? Seakan suara dentangan lonceng enam kali bukan menandakan telah berakhirnya demo, melainkan waktu untuk memulai sebuah gerakan baru. Sebuah skenario yang sudah disusun matang oleh pihak-pihak penyusup.

Mendadak semua massa, baik itu dari pihak pendemo maupun aparat sontak terkejut, panik dan tak menyangka akan pecah kerusuhan. Penyusup ini begitu licin dan cantik permainannya. Menurut Indra J. Pialing di tweet-nya bahwa lima belas menit sebelum waktu demo berakhir beberapa gerombolan kecil masing-masing terdiri dari tiga orang berbadan tegap berjalan santai melewati aparat dan bergabung dengan para demonstran yang saat itu berjalan pulang meninggalkan tempat mereka berkumpul.

Kelompok-kelompok kecil ini meraih apa saja yang mereka dapati, baik itu atribut, bendera maupun lencana para pendemo yang terjatuh atau sengaja dibuang. Mereka berdiri tepat di belakang kelompok mahasiswa yang saat itu pun hendak membubarkan diri. Para mahasiswa tidak bisa bergerak karena terdesak oleh para pendemo di belakang mereka, yang ternyata bukanlah pendemo sesungguhnya tetapi para penyusup yang sudah dipersiapkan matang oleh “Sang Penumpang Gelap” guna menggagalkan aksi demo yang bermartabat tersebut.

Lalu sekejap kemudian “DUAAAAR!” bentrokan pun terjadi. Dengan pekikan “Allahu Akbar!” para penyusup ini mulai melemparkan batu, bambu, dan apa saja ke arah brikade polisi. Para demonstran lainnya panik mereka berusaha mencegah agar gerombolan ini tidak berbuat anarkis. Pun dengan para koordinator pendemo, dari balik pengeras suara mereka berkali-kali agar para pendemo menahan diri dan tidak menyerang aparat polisi dan TNI.

Penyusup tertangkap kamera sedang menyerang Polisi. (Sumber: Pojoksatu.id)
Penyusup tertangkap kamera sedang menyerang Polisi. (Sumber: Pojoksatu.id)
Di garis seberang, tempat para polisi dan TNI berdiri para petinggi polisi dan TNI, khususnya Kapolda Metro Jaya berteriak agar para polisi bertahan dan jangan balik menyerang. Beliau memohon agar demonstran yang sebenarnya penyusup ini menghentikan perbuatan mereka. Namun, para penyusup ini bukannya berhenti, malah bertindak brutal. Melihat polisi diam dan tak bergerak, para povokator ini mulai berbuat sadis. Beberapa polisi harus diangkut dan diselamatkan karena mereka bukan hanya luka, tapi hampir kehilangan nyawanya. Kadiv Humas POLRI, Irjen Boy Rafli dalam jumpa persnya mengatakan bahwa ada anggotanya yang wajahnya cacat akibat tindakan brutal tersebut.

Dalam keadaan kacau seperti itu tidak ada lagi jalan keluar bagi polisi selain menembakkan gas air mata. Sekejap cara tersebut membuahkan hasil. Para penyusup lari lintang pukang. Mungkin bagi mereka, misi telah berhasil. Sementara para kyai, ulama, habib dan tokoh masyarakat terguncang atas tembakan gas air mata dari polisi. Syekh Ali Jabar, Ustadz Arifin Ilham, Aa Gym dan ulama lainnya terpaksa terkena gas air mata. Mereka pun berteriak agar polisi menghentikan tembakannya.

Kapolda Metro Jaya, Irjen M. Iriawan langsung turun menghampiri para demonstran yang mulai tersulut amarah karena melihat para kyai, habib, dan ulama yang mereka hormati menderita terkena gas air mata. Dikepung oleh para demonstran dan tembakan gas air mata, sang Kapolda berlari dan berteriak ke tengah-tengah para demonstran untuk menenangkan diri mereka.

Kapolda Metro Jaya di tengah-tengah demonstran (Sumber: detik.com)
Kapolda Metro Jaya di tengah-tengah demonstran (Sumber: detik.com)
Sementara di dalam Istana, Wapres, Menkopulham, Menag, Kapolri, Jendral TNI dan beberapa menteri yang lain serta para kyai yang mewakili para demonstran yang saat itu berdialog terkejut mendengar suara tembakan. Mereka segera berhamburan keluar. Kapolri dan Jendral TNI berteriak dengan pengeras suara agar aparat menghentikan tembakannya. Namun, apa lacur suasana sudah sedemikian buruk. Menteri Agama, Menkopolhukam, serta Jendral TNI berlari ke tengah kerumunan massa mencoba menghentikan emosi para demonstran yang mulai tersulut. Di tengah serbuan tembakan gas air mata, para menteri ini berusaha menenangkan para demonstran.

Akhirnya suasana pun mulai terkendali. Saat situasi dirasa cukup stabil, para demonstran dan polisi kembali berdiri di tepi batas garis mereka masing-masing. Tiba-tiba perhatian mereka diahlikan ke Luar Batang. Di sana terjadi bentrokan. Sepertinya skenario “Sang Penumpang Gelap” berjalan. Para pendemo bayaran yang mereka susupkan berhasil memancing amarah para demonstran, namun sepertinya bukan para demonstran yang menjadi sasaran mereka tetapi warga Luar Batang.

Mereka tidak hanya melawan aparat, tapi juga menjarah dua minimarket milik keturunan Tionghoa. Terpaksa aparat TNI dan polisi menurunkan 100 anggota tambahan mereka yang diterjunkan guna mengendalikan dan menghalau massa serta menangkap para penjarah minimarket. Suasana pun terkendali.

Upaya “Sang Penumpang Gelap” bisa jadi tidak berhasil. Dia sepertinya ingin mengulangi tragedi 98 di mana kerusuhan dan penjarahan hampir bersamaan. Penggulingan pemerintahan (kala itu Soeharto) yang diiringi dengan sentimen kebencian terhadap etnis Tionghoa ingin dihidupkan kembali pada demo kali ini. Sayangnya hal tersebut tidak berjalan sesuai skenarionya. Namun, setidaknya ia berhasil membangun image bahwa kerusuhan terjadi akibat Presiden tidak bersedia menemui para demonstran dan lebih memilih mendatangi proyek rel kereta api yang ada di bandara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun