Mohon tunggu...
Adrian Wonoto
Adrian Wonoto Mohon Tunggu... -

Seseorang.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Akan Menang 53,04%

16 Juli 2014   02:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:13 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi-JK 53,04%

Prabowo-Hatta 46,95%

Itulah prediksi saya akan kemenangan Jokowi atas Prabowo. Margin di 6,09%.

Pertanyaan berikutnya adalah, dari mana saya dapat angka tersebut?

Jelas saya tidak punya ilmu gaib. Mimpi pun tidak, mendapat wejangan pun tidak. Apakah saya sembarangan saja mengambil angka? Tentu tidak. Angka diatas sebenarnya terlalu fantastis; berani sekali saya memprediksi sampai dua angka desimal, sesumbar bukan? Tapi yah, tentu saja ada yang namanya margin of Error.

Di tulisan saya sebelumnya (Survei, Quick Count, dan Siapa Yang Menang), saya memprediksikan Jokowi-Prabowo di 52,75% - 47,25%. Di artikel itu saya tidak tuliskan dari mana angka itu saya dapat, tapi sebenarnya mudah sekali: Dari 7 lembaga survei yang hasilnya sudah saling setuju (8 lembaga survei yang memenangkan Jokowi minus Populi),  itulah rata-ratanya.

Tapi tentu saja masih ada margin of Error nya. Saya tuliskan 0,5% karena rata-rata survei itu berarti menggunakan tidak hanya 2.000 TPS, tetapi 16.000 TPS akumulasi total data dari ketujuh survei tersebut (semua 2.000 TPS kecuali SMRC dengan 4.000 TPS).  Jujur, margin of Error 0,5% itu saya sembarangan saja sebut - intinya saya cukup yakin nilai akhir ada diantaranya.

kawalpemilu dot org

Hari ini, saya menemukan website kawalpemilu.org, dimana saya kutip, "Data di situs ini berasal dari scan form C1 yang dipublish oleh KPU dan didigitisasi dengan bantuan relawan." Dan dengan catatan, "Website ini adalah bukan website resmi KPU dan angka bukan merupakan perhitungan resmi dari KPU."

Menariknya, website ini terus di update setiap 10 menit, seiring dengan masuknya suara yang sudah di proses. Jadi saya sudah mengutak-atik angka berdasarkan data pada jam 15.00 WIB dan 17.00 WIB, dan hasilnya untuk saya cukup memuaskan untuk memastikan angka diatas.

Pada pukul 17.00 WIB. Data yang masuk adalah 100.406.301 suara (dari perkiraan 130 juta). Pada saat itu, hasil penghitungan adalah  47,91% Prabowo dan 52,08% Jokowi.

Nah, tentu saja ini bukan hasil akhir karena masih banyak TPS yang belum ada datanya ataupun apabila ada belum di proses. Bagusnya, website ini dengan jelas menjelaskan berapa persen data yang sudah mereka peroleh di kolom "Tersedia/Total TPS," dan berapa persen data yang sudah diproses dari yang tersedia di kolom "Diproses."

Untuk jelasnya, sebagai contoh, di Aceh, total TPS yang ada 8.537, sementara yang sudah dilaporkan adalah 5,786 TPS - artinya 67,77% data sudah tersedia. Lalu dari 5.786 TPS yang sudah tersedia, 5.770 sudah diproses (99,72%) dan jumlah suara sudah ditambahkan.

Bagusnya lagi, hasil perolehan dari masing-masing propinsi juga dilaporkan, sehinggai kita tahu tingkat perolehan masing-masing di tiap propinsi.

Asumsi dan data

Lalu saya membuat beberapa asumsi. Tentu saja asumsi yang saya buat bisa saja salah. Yang menjadi perdebatan adalah, seberapa mungkinkah asumsi yang saya buat salah?

1. Pelaporan yang terjadi acak. Artinya, di masing-masing propinsi, dokumen yang sudah diproses dan yang belum tidak diurut dengan rapih tetapi terjadi dengan mengacak. Ingat bahwa survei yang bagus adalah survei yang acak dan representatif. Tentu saja, bisa diperdebatkan bahwa hasil masuk tidaklah mengacak - daerah yang lebih sulit dijangkau dan melaporkan hasil mungkin lebih memberatkan salah satu capres-cawapres; atau adanya satu daerah yang belum diproses karena ada indikasi kecurangan masal.

2. Persentasi perolehan masing-masing capres-cawapres di tiap propinsi tidak berubah atau tidak akan berubah signifikan. Kalau memang pelaporan tidak acak, bisa saja persentasi hasil berubah naik dan turun. Tentu saja, semakin banyak data yang sudah masuk, semakin sulit untuk mengubah perolehan.

3. Jumlah pemilih di tiap-tiap TPS kurang lebih sesuai dengan rata-rata yang sudah ada.

4. Saya anggap suara tidak sah atau error tidak signifikan, jadi saya tidak perhitungkan untuk sekarang.

5. Tidak ada metode terselubung kawalpemilu dot org untuk tidak menambahkan hasil yang memberatkan atau memenangkan capres tertentu. Artinya saya menaruh kepercayaan bahwa apapun hasil laporan dari KPU, relawan di website ini akan dengan setia melaporkannyal

Dan berikut adalah data pada tanggal 15 Juli, pukul 17.00 WIB

Metode penghitungan

Dengan data diatas, saya jalankan asumsi-asumsi saya. Pertama-tama saya perkirakan dulu berapa sebenarnya jumlah pemilih yang ada? Saya akan mencari tahu jumlah pemilih per propinsi dengan membandingkan berapa jumlah suara yang sudah diproses, dan berapa persentasi suara yang sudah di proses dibandingkan dengan jumlah total suara yang sudah dilapor dan berapa persentasi TPS yang sudah melapor dibandingkan dengan jumlah TPS terdaftar.

Sebagai contoh, kita ambil lagi kasus di Aceh. Sampai saat itu, suara yang dihitung (sah) adalah 1,215,970. Angka ini adalah 99,72% dari data yang tersedia. Artinya, data yang tersedia adalah 1,215,970/99,72% = 1,219,384.

Lalu, data yang tersedia ini ternyata baru 67,77% dibandingkan dengan total TPS yang ada di propinsi Aceh. Dengan asumsi jumlah rata-rata pemilih per TPS kurang lebih sama, maka total pemilih di propinsi Aceh adalah  1,219,384/67,77% = 1,799,298.

Sekarang kita gunakan asumsi lainnya, yaitu bahwa persentasi perolehan Prabowo dan Jokowi tidak akan berubah banyak karena data yang masuk sudah benar-benar acak (? bisa diperdebatkan). Dengan data yang digunakan, Prabowo mendapat 56,75% dan Jokowi 43,24% di Aceh. Jadi bisa diproyeksikan, perolehan suara Prabowo di Aceh adalah 1,021,102 suara dan Jokowi 778,016 suara.

Nah, sekarang mari kita ulangi proses diatas untuk seluruh propinsi. Untungnya, dengan program spreadsheet, dalam beberapa detik kita dapatkan hasil-hasilnya.

1405421773419316291
1405421773419316291

Terakhir tinggal masalah penjumlahan, dan dicari per sentasinya. Simsalabim! Kita dapat angkanya. Angka ini saya sangat yakin tidak akan jauh terpaut dari hasil resmi KPU, dengan syarat tentunya bahwa KPU akan jujur mengumumkan hasil sebenarnya. Dengan ini juga bisa dilihat bahwa total pemilih kira-kira ada di angka 133 juta.

Bagaimana bila dibandingkan dengan Quick Count?

Mari, kita bandingkan dengan hasil Quick Count.

1405421981354072121
1405421981354072121

Tabel diatas dipisahkan antara 8 lembaga survei yang memenangkan Jokowi di quick count, dan 4 lembaga survei yang memenangkan Prabowo.

Kalau angka yang saya dapat diatas benar, maka kita lihat bersama bahwa angka ini sesuai dengan 6 lembaga survei yang memenangkan Jokowi (sesuai dalam konteks ini artinya angka 53,04% ini masih terpaut dengan hasil Quick Count, plus minus margin of error). Dua lembaga survei yang tidak sesuai adalah CSIS yang selisih sangat sedikit dari margin of error nya (0,15%), dan Populi yang benar-benar jauh. Sementara itu, SMRC muncul sebagai pemenang yang berselisih paling sedikit dengan angka perhitungan saya.

Tentu saja, saya tidak perlu menyebutkan betapa jauhnya hasil perhitungan saya dengan 4 lembaga survei pro Prabowo.

Masih mungkinkah Prabowo menang?

Ada Kompasianer yang menulis surat terbuka untuk pendukung Jokowi, yang intinya bahwa mungkin saja Jokowi bisa membuat kericuhan, juga berpotensi terburuk,  dan seterusnya. Ini komentar saya:

Betul, tidak ada yang tidak mungkin. Mungkin saja Jokowi itu yang terburuk. Mungkin saja.

Tapi dalam hidup kita, kita tidak menjalankan hidup dengan bertanya-tanya mungkin atau tidak sesuatu terjadi. Kalau iya, masih mungkin kan matahari terbit dari Barat?

Dalam hidup kita, yang jadi pertanyaan adalah SEBERAPA MUNGKIN sesuatu itu benar atau salah. Kalau memang kita yakin 99.9999999…….% matahari terbit dari Timur, kita nga bakal tidur mengkhawatirkan sebaliknya bukan?

Jadi pertanyaan anda pada dasarnya salah. Bukan apakah mungkin Jokowi itu berpotensi menjadi yang terburuk. Yang benar adalah SEBERAPA MUNGKIN Jokowi menjadi yang terburuk?


Jadi apakah mungkin, dengan hasil terlapor sudah 78%, dan selisih sudah 4,17%, Prabowo masih dapat menyalip dan memenangkan pemilu? Yah, masih mungkin saja. Tetapi bagaimana kemungkinannya? Kecil sekali.

Kalau misalnya 22% suara yang belum terlapor itu sepenuhnya berada di lumbung suara Prabowo, seperti di Aceh, Sumbar, Jawa Barat, dan Banten, misalnya. Maka masuk akal. Supaya hasil akhirnya bisa seri 50%-50%, dengan sisa suara sebanyak 133.000.000 - 100.406.301 = 32.593.699, maka sisa suara itu harus dibagi 56,20% untuk Prabowo, dan 43,80% untuk Jokowi (18.317.658 suara v 14.276.040 suara).

Pertanyaan berikutnya adalah, apakah benar sisa suara itu ada di lumbung suara Prabowo? Apakah benar sisa suara yang belum dilapor dan di proses terpaut 56,20% - 43,80%? Di Aceh masih ada 500 ribu suara belum di proses yang berpotensi menambahkan margin Prabowo karena total TPS yang belum terlapor masih banyak - baru 67,77% terlapor. Tapi kita lihat lagi tabel diatas, dan kita cari propinsi mana yang masih banyak TPS belum terlapor, dan yang mana yang suara nya belum diproses.

Ternyata di Jawa Tengah saja, baru 63,92% suara yang diproses. Padahal Jokowi memenangkan propinsi ini dengan 66,11% suara. Kalimantan Barat dan Selatan, contohnya, juga banyak terdapat sisa suara belum di proses dan mereka memenangkan Jokowi.

Jadi pada saat ini, tinggal mencari saja dimana ada suara. Sisa suara yang ada tidak hanya di propinsi yang memenangkan Prabowo. Malah, lebih banyak sisa suara yang ada di propinsi yang memenangkan Jokowi. Oleh karena itulah, saya yakin selisih suara akan berkembang dari 4 juta saat ini menjadi 8 juta.

Tentu saja, saya asumsikan hasil resmi KPU tidak akan terpaut jauh dari laporan kawalpemilu.org. Kalau ternyata ada faktor X yang mementahkan data yang ada, maka percuma lah semua analisis yang bisa kita buat.

Lalu mengapa masih ada kebingungan?

Saya bukan orang yang terlalu pintar. Setidaknya saya pikir kapasitas intelektual saya rata-rata atau lebih hanya sedikit (semoga anda setuju). Berbekal data yang ada, aritmetika dan sedikit pengetahuan statistik, saya bisa menyimpulkan kalau Jokowi sudah pasti menang, dan bahwa hasil Quick Count lembaga survei terdaftar dan kredibel ternyata benar.

Saya juga yakin bahwa di masing-masing timses capres-cawapres, banyak sekali orang-orang yang jauh lebih pintar daripada saya yang bisa mengolah dan memproses data yang ada. Pasti diantaranya ada ahli statistik, bahkan yang bergelar profesor atau doktor sekalipun.

Jadi saya sangat menyayangkan pembodohan publik yang sedang dilakukan oleh pihak Prabowo. Saya sangsi mereka tidak tahu hasil akhir pemilu ini. Tetapi, dengan sengaja mereka mengeluarkan survei abal-abal untuk membuat kebingunan publik. Dengan sengaja mereka mengaku sudah menang, dan menuduh apa yang kredibel menjadi partisan. Dengan sengaja mereka membuat publik menunggu dan melakukan manuver politik yang merisaukan.

Nasi sudah menjadi bubur - pernyataan kemenangan sudah dilontarkan kedua kubu. Sekarang ini yang bisa kita lakukan adalah memonitor hasil KPU dan menunggu tanggal 22 Juli. Itupun kalau kubu Prabowo mengurungkan niatnya untuk melanjutkan perseteruan sampai ke tahap Mahkamah Konstitusi. Apabila tidak, saya tidak tahu lagi akan dibawa kemana demokrasi di Indonesia ini.

Benar saya yakin Jokowi menang 53,04%?

Asumsi jelas bisa salah. Kemungkinan besar perolehan di propinsi berubah, walaupun tidak drastis. Tentu saja, saya tidak bisa yakin 100% - Yakin 100% itu kalau 100% suara Pemilu sudah dihitung. Tapi saya boleh sesumbar kalau hasil akhir tidak akan melebihi plus minus 0,25%. Kalau ternyata tidak?

Yah, saya tidak akan memotong kemaluan saya seperti sesumbar Ahmad Dhani. Tetapi setidaknya saya akan membuat post baru di Kompasiana dengan judul "SAYA SALAH!!!" lengkap dengan Caps Lock dan tiga tanda seru.

Tetapi lebih dari pembuktian apakah saya salah atau tidak, saya harap ini bisa menjadi pembelajaran untuk kita semua: metode statistik adalah sebuah metode ilmiah. Matematika dan kenyataan adalah sesuatu yang tidak bisa dipungkiri. Anda tidak bisa lari dari kenyataan - kenyataan akan selalu mengejar anda. Hanya ini harapan saya dalam penjelasan panjang lebar: bahwa metode ilmiah, dengan data yang benar dan metode yang benar, adalah sesuatu yang dapat kita percayakan.

TAMBAHAN

Revolusi mental! Ayo kita mulai dengan meneliti tulisan dan data saya. Jangan terima mentah-mentah apa yang saya tulis, bahkan apabila anda setuju! Coba lihat apa perhitungan saya sudah benar? Apakah asumsi saya beralasan? Bagaimana dengan perkembangan data dari kawalpemilu.org? Apakah sesuai dengan rekap resmi KPU?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun