Mohon tunggu...
Awla Rajul
Awla Rajul Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis Magang

Sedang menjalani pendidikan di UIN SGD Bandung

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Pretty Boys", Dijamin Ketawa Kalau Sudah Ada Mereka

28 September 2019   23:24 Diperbarui: 28 September 2019   23:55 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Di sana, mereka berkenalan dengan Roni (Onadio Leonardo), managernya kelak. Serta Mas Bayu (Imam Darto) Produser program acara yang menjulangkan nama mereka berdua.

Pretty Boys menjadi debut Tompi sebagai sutradara dan Desta sebagai produser. Dilihat dari jalan cerita, alasan Anu dan Mamat masuk ke dunia televisi menjadi unik, sebagai MC. Berbeda dengan alasan kebanyakan film yang bertema sama, yaitu menjadi artis atau penyanyi.

Chemistry yang didapat dari Desta dan Vincent pun tidak perlu diragukan lagi. Jokes-jokes receh khas mereka berhasil membuat penonton terhibur dan tertawa terpingkal-pingkal.

Pemilihan Danilla, sosok penyanyi Indie sebagai pemeran Asty pun dinilai berani. Pasalnya, baru belakangan ini Danilla mulai merambah ke dunia perfilman. Karakter Anu yang idealis, yang dibangun berdasarkan faktor ayahnya (Roy Marten) seorang Tentara layak menjadi sorotan.

Anu merupakan korban ke-egoisan sang ayah dan lemahnya kesetiaan seorang ibu, hingga berimbas pada sosok Anu yang dirasa kurang mendapatkan kasih-sayang dan perhatian orang tua.

Satu sisi lainnya, ketika Mamat berada di puncak karir, lantas ia dengan mudahnya menghamburkan uang, bermain wanita patut dipelajari alasan yang mendasarinya. Mamat adalah seorang yatim-piatu sejak kecil. Ia dibesarkan oleh warga dengan tinggal di Gudang masjid.

Saya merasa, bisa jadi dengan kurangnya kasih sayang dari orang tua, seorang anak akan berbuat seenaknya, tanpa tau batas. Saat itulah, harusnya Anu hadir sebagai sosok seorang abang yang menasehati dan meluruskan kembali perbuatannya.

Namun, karena besarnya egois yang dimiliki Anu dan kemarahannya kepada Mamat karena telah menelantarkan Asty, menjadikan konflik memuncak. Dan sosok banci yang diperankan oleh Tora Sudiro mampu memberikan pelajaran besar bagi Anu.

Pemilihan music dalam film ini juga tergolong out of the box. Selain pastinya ada lagu Danilla, kita juga dimanjakan dengan lagu-lagu indienya Pamungkas dan Nadin Amizah. Meski, dirasa kurang cocok timing lagunya dengan keadaan.

Aspek pengambilan gambar juga harus menjadi pelajaran dan perhatian. Beberapa scene tidak didapatkan titik fokus pengambilan gambar yang pasti. Jargon "Hancurnya dunia pertelevisian" juga tidak didapatkan secara utuh permasalahannya.

Tidak ada penggambaran yang melatar belakangi rusaknya industry hiburan televisi atau studi-studi kasus. Kita seperti diberikan solusi bahwa televisi sedang mengembangkan sayap dan mencoba melakukan symbiosis mutualisme, tapi tanpa tahu masalah yang sedang dihadapi oleh televisi itu sendiri apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun