Mohon tunggu...
Agus Widi
Agus Widi Mohon Tunggu... -

ingin banyak menulis dan berbagi informasi kepada siapapun. Karena dengan itu, kita bisa memberikan dan menerima informasi dari manapun juga. bisa juga melihat tulisan saya di://kotakinformasi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia Go Internasional?

17 Mei 2011   06:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:33 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Wacana yang belakangan berhembus, agar Bahasa Indonesia menjadi Bahasa  ASEAN tak terbantahkan lagi. Ihwal  tersebut kembali mengemuka saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 ASEAN yang berlangsung di Jakarta, 7-8 Mei 2011.

Ketua DPR Marzuki Alie juga  mengatakan, Majelis Antarparlemen ASEAN (ASEAN Inter-Parliamentary Assembly/ AIPA) kemungkinan akan mencantumkan ketentuan dalam Statuta AIPA yang menyatakan bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN.

Sebagian besar delegasi AIPA menerima usulan Indonesia untuk mencantumkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi atau bahasa kerja di kawasan ASEAN.

Sebuah jalan yang memuluskan Indonesia untuk lebih dikenal dalam tataran wilayah  Asia Tengara. Apalagi momentum tersebut sangat tepat ketika ASEAN dipimpin oleh elite negeri  sendiri. Terutama tentang perwujudan semboyan “satu visi, satu identitas, dan satu komunitas“.

Berbicara mengenai bahasa Indonesia yang akan di gunakan dalam komunitas ASEAN,tentu sangat strategis karena sepertiga penduduk ASEAN pun memakainya.

Apalagi Indonesia, sebagai kepulauan terbesar di ASEAN. Ditambah lagi Populasi Indonesia begitu fantastis. Ini langkah awal  untuk  mendorong semakin “terjualnya” Indonesia dalam kancah global.

Kebanggaan.

Pada mulanya bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu  yang tidak lain adalah  bahasa pasar. Bahasa pasar tercipta dari gabungan bahasa-bahasa pedagang dari seluruh penjuru dunia yang dulu singgah di Melayu.

Kemudian bahasa tersebut berkembang pesat kosa katanya dan pada akhirnya terbentuk bahasa yang paling terkenal dari wilayah timur yaitu bahasa Melayu. Oleh bangsa Indonesia, bahasa Melayu kemudian dijadikan pondasi awal untuk membentuk bahasa baru dengan proses yang tidak sebentar.

Proses tersebut di antaranya adalah penambahan kosakata baru baik diserap dari bahasa asing maupun dari bahasa daerah. Hingga pada akhirnya ejaannya disempurnakan.

Namun proses penyerapan kata tidak terputus hingga sekarang ini. Karena pada awalnya bahasa Indonesia adalah bentukan dari bahasa pedagang dari seluruh penjuru dunia, maka bahasa Indonesia memiliki ribuan kata yang diserap dari bahasa beberapa bangsa di dunia. Proses tersebut menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa yang ‘kaya’.

Menjadi sebuah kebanggaan ketika bahasa Indonesia mau dipelajari oleh  bangsa  lainnya. Bahkan  saat ini beberapa negara mulai berlomba mempelajari bahasa melayu(bahasa Indonesia).

Menurut  pengakuan seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Indonesia, Andri Hadi, saat ini ada 45 negara yang mengajarkan bahasa Indonesia, antara lain Australia, Amerika, Kanada, dan Vietnam.

Mengambil contoh dari  Australia, pejabat itu menjelaskan, bahasa Indonesia menjadi bahasa populer keempat. Ada sekitar 500 sekolah mengajarkan Bahasa Indonesia sehingga anak-anak kelas VI sekolah dasar sudah ada yang bisa berbahasa Indonesia.

Sementara itu, di Vietnam, telah mengumumkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua secara resmi pada bulan Desember 2007. Vietnam merupakan anggota ASEAN pertama yang menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kedua di negaranya(Kompas)

Pengunaan Bahasa Indonesia

Adalah sebuah tugas amat berat bagi seluruh elemen masyarakat, untuk mempertanggungjawabkan kelak bahasa Indonesia telah di ketok palu dan di tetapkan menjadi bahasa ASEAN. Mengapa?

terlihat gamblang dan  bisa disaksaikan saat ini. Bahasa Indonesia seakan menjadi ‘bahasa asing ‘ di negeri sendiri. Tercermin dari arus media massa dan trend pasar dalam pengunaan bahasa yang ditawarkan oleh masing-masing media.

Dengan penyerapan bahasa asing yang acapkali dicampur adukan, belum lagi  bahasa ‘gaul’ ala pemuda-pemudi yang belakangan ini menjadi gaya hidup, khususnya  di kota-kota besar. Termasuk   dalam pengunaan jejaring sosial(Facebook dan Twitter).

Tidak berhenti sampai disana saja. Ramainya masyarakat indonesia yang kepincut untuk mengikuti tambahan les bahasa asing demi tuntutan karir memang tak terbantahkan juga.

Banyaknya jasa penyedia les bahasa asing yang bersifat ‘instan’ pun menjadi ruang baru. Takutnya nanti perkembangan bahasa Indonesia pun  seakan menjadi bahasa “pelengkap” dalam kehidupan sehari-hari.

So, pantaskah  bahasa Indonesia sebagai Bahasa ASEAN bahkan Internasional  jika kondisinya  seperti itu?

*Baca juga artikel  dan informasi menarik lainnya hanya disini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun