Menjadi sebuah kebanggaan ketika bahasa Indonesia mau dipelajari oleh bangsa lainnya. Bahkan saat ini beberapa negara mulai berlomba mempelajari bahasa melayu(bahasa Indonesia).
Menurut pengakuan seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Indonesia, Andri Hadi, saat ini ada 45 negara yang mengajarkan bahasa Indonesia, antara lain Australia, Amerika, Kanada, dan Vietnam.
Mengambil contoh dari Australia, pejabat itu menjelaskan, bahasa Indonesia menjadi bahasa populer keempat. Ada sekitar 500 sekolah mengajarkan Bahasa Indonesia sehingga anak-anak kelas VI sekolah dasar sudah ada yang bisa berbahasa Indonesia.
Sementara itu, di Vietnam, telah mengumumkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua secara resmi pada bulan Desember 2007. Vietnam merupakan anggota ASEAN pertama yang menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kedua di negaranya(Kompas)
Pengunaan Bahasa Indonesia
Adalah sebuah tugas amat berat bagi seluruh elemen masyarakat, untuk mempertanggungjawabkan kelak bahasa Indonesia telah di ketok palu dan di tetapkan menjadi bahasa ASEAN. Mengapa?
terlihat gamblang dan bisa disaksaikan saat ini. Bahasa Indonesia seakan menjadi ‘bahasa asing ‘ di negeri sendiri. Tercermin dari arus media massa dan trend pasar dalam pengunaan bahasa yang ditawarkan oleh masing-masing media.
Dengan penyerapan bahasa asing yang acapkali dicampur adukan, belum lagi bahasa ‘gaul’ ala pemuda-pemudi yang belakangan ini menjadi gaya hidup, khususnya di kota-kota besar. Termasuk dalam pengunaan jejaring sosial(Facebook dan Twitter).
Tidak berhenti sampai disana saja. Ramainya masyarakat indonesia yang kepincut untuk mengikuti tambahan les bahasa asing demi tuntutan karir memang tak terbantahkan juga.
Banyaknya jasa penyedia les bahasa asing yang bersifat ‘instan’ pun menjadi ruang baru. Takutnya nanti perkembangan bahasa Indonesia pun seakan menjadi bahasa “pelengkap” dalam kehidupan sehari-hari.
So, pantaskah bahasa Indonesia sebagai Bahasa ASEAN bahkan Internasional jika kondisinya seperti itu?