Nickname' khusus untuknya dariku.
Nama lengkapnya Husna Awalluna Ali Jaya, tapi aku memang memiliki nama panggilan tersendiri untuknya. Sengaja, karena memang atas dasar cinta dan atas alasan aku ini sangat suka, Oena jadi satu 'Oena tentu saja kekinian, wong namanya juga angkatan Gen Z yang terlahir di tahun 2012. Sementara aku ini, termasuk angkatan terakhir Gen X yang terlahir di tahun 1980.
Dua sisi yang berbeda, menjalin satu jalan cerita. Dua sisi yang tak sama, mencoba menyusun satu irama rasa. Dua sisi yang sama sekali bukan satu angkatan, namun berupaya untuk menjalin demi terjalinnya satu ikatan kebersamaan.
"Ayah, pagi ini aku masuk sekolah atau izin saja?"
"Oena izin saja, temenin ayah di rumah. Toh masih ada hari esok, lagian belum saatnya ujian sekolah juga kan ya?" Jawab dan tanyaku sekalian.
"Ayah, nanti sore aku pergi dengan niat mengaji atau lebih baik di rumah saja?"
"Di rumah saja, biar ayah yang nanti ajarin Oena mengaji sekalian kita sedikit diskusi." Jawabku disertai kesungguhan.
"Ayah, nanti hari sabtu boleh nggak Oena ikutan ke tempat renang bareng temen-temen sekolah?"
"Nggak usah, di rumah masih ada puzzle yang belum kita selesaikan. Hari minggu saja kita bareng ibumu ke tempat renang. Family time." Jawabku, tanpa berpikir dua kali apalagi tiga kali.
"Ayah, aku boleh tau setiap alasannya?" gadis kecil itu tersenyum, dan tentunya aku akan selalu siap untuk menjawab setiap pertanyaannya.
"Ayah akan sedikit bercerita, Oena duduk di sini deket ayah, sambil kita menunggu ibumu beres menyiapkan sarapan pagi untuk kita bertiga." Dengan intonasi yang pelan aku mengolah kata.
*****
"Satu cerita pembuka"
Ada seorang gadis kecil yang sama sekali tidak merasakan bersekolah, alur hidupnya memang tidak mengizinkan gadis kecil itu untuk menikmati bangku sekolahan. Tapi dia dipintarkan olehnya keadaan, dia dipertemukan dengan ragam sosok guru kehidupan yang memiliki kecerdasan dan kepekaan perasaan, finally ... tanpa bersekolah, gadis kecil itu mau untuk belajar sendiri lalu bisa membaca, menulis, sekaligus berhitung, atas dasar kesadaran dan keuletan yang dimilikinya.
"Cerita yang kedua"
Ada seorang gadis kecil yang di hari itu berangkat dari rumah dengat niat untuk mengaji. Ketika ikutan sholat maghrib berjamaah, ketawa-ketiwi. Ketika mulai mengaji, malahan khusyuk bercanda dengan teman yang ada di sebelahnya.
Sesampainya di rumah, gadis kecil masuk menuju ke kamarnya. Ditariknya selimut, hendak langsung tidur niatnya. Matanya terpejam tapi teringat lalu terbayang akannya sesuatu. Finally ... ketika tadi pergi mengaji, gadis kecil itu menyadari sesuatu dan merasa merugi, sebab tidak belajar tentang ilmu apapun, sama sekali tidak ada hasilnya.
"Satu cerita penutup"
Ada seorang gadis kecil yang suka banget berolahraga, sebab sehat secara jasmani dan memiliki postur tubuh yang tinggi juga berat badan yang langsing, menurut gadis kecil itu adalah penting. Olahraga jadi satu rutinitas, menjaga berat badan jadi kegiatan yang butuh dilakukan.
Bersosialisasi dengan teman-teman, refreshing ataupun healing jadi agenda utama ke beberapa destinasi wisata juga penting lho, "Bisiknya gadis kecil" ... tapi di sisi lainnya, gadis kecil itu juga menyadari bahwa dirinya belumlah dewasa, finally ... mengenai apapun situasi dan kondisi, butuh atas seizin orang tua, "Gadis kecil itu untuk sekali lagi berbisik."
*****
Perkembangan zaman kadang memang tidaklah seiring yang diimbangi dengan berkembangnya pola pikir itu sendiri meladeni ragam situasi yang terjadi, menurutku sih begitu.
Kata hati yang mencoba bisa beriringan dengan isi dari intuisi itu sendiri, kadang butuh juga untuk diceritakan agar tidak menjadi yang sebatas satu bentuk persepsi, menurutku sih begitu.
Antara melakoni kebenaran ataupun sebaliknya, antara mencoba berbuat baik ataupun selainnya, perbedaannya bisa setipis itu atau justru jadinya akan setajam itu, menurutku sih begitu.
Aku ini adalah seorang penanggung jawab dari setiap apa saja celah yang terjadi di keluargaku, selain celah yang aku adalah pelakunya, jadi aku ini akan sepenuhnya bertanggung jawab atas setiap pola pikir yang aku sampaikan.
Pagi yang cerah, pagi yang indah. Pagi ini yang adalah hari jum'at, dimana ibunya Oena yang adalah seorang pendamping setiaku, tengah menyiapkan sarapan pagi versinya yang spesial.
"Ayah, aku merasa bahwa aku adalah gadis kecil itu, meski aku belum sepenuhnya bisa mengerti dari apa yang ayah ceritakan tadi ke aku." Tutur Oena, setelahnya membaca basmallah sebelum memulai sarapannya pagi ini.
"Oena nanti coba baca saja, kan sedikit cerita tentang kita sudah ayah posting di kompasiana. Kan ayah juga butuh dong bisa mengikuti perkembangan zaman, seiring catatan kecil yang akan jadi serupa kenangan."
Bandung, Agustus 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H