Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mencoba Lebih Berisi

24 Juni 2021   18:44 Diperbarui: 24 Juni 2021   19:12 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Makhluk biasa, kerap menjelma.
Menyusuri ruang-ruang hati, menghampiri isi hati.
Rinai kadang bersamanya, resah sering dibawanya.
Bila aku terlarut suasana, ragam jingga duduk manis di singgasana rasa.

"Apalah daya, kala dada meronta. Tepiskan petuah jiwa, demi selera."

Menandai Jiwa

Aku menghitung hari. Tujuh semestinya bersimpuh, luluh daripada lelah, patuh untuk bukan kalah.
Aku menandai bulan. dua belas dalam genggaman, dua belas jadi suratan.
Aku jumpai pagi, kesejukan. Aku bersua siang, kekaguman. Aku jejaki sore, keteduhan. Aku bertemankan malam, keheningan.

"Sepandai apa menyulam gaduh, berujung jatuh sebab tersentuh."

"Sedalam apa menuai riak, berujung terjebak, tak kuasa menolak."

Salam Fiksiana
Bandung, 24062021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun