Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tadi Siang Menuju Senja

16 Februari 2021   00:05 Diperbarui: 16 Februari 2021   00:21 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bertemu dengannya tadi siang, seorang kawan yang sudah cukup lama menghilang. Entah gerangan apa yang terjadi, yang jelas keadaannya hari ini ternyata masih baik-baik saja.

Aku memang berjumpa dengannya tadi siang, dia yang masih mengenaliku lalu menghampiriku lebih dulu. Dia yang tadi siang bilang, bahwa merasa sangatlah senang bisa bersua denganku.

Aku memang benar bertemu dengannya tadi siang, ketika tiba di satu waktu yang menunjukkan jam makan siang. Kurang lebih sekitar pukul dua belas, yang lebih beberapa menit plus sepersekian detik.

Memang bukan sebuah kebetulan kembali melihatnya, lalu berbincang dengannya tentang banyak hal seputar ceritaku juga ceritanya, yang adalah pengalaman masing-masing dari kami.

"Kawan... di usiamu yang sekarang, ternyata kamu masih saja bengal."

"Kawan, di usiamu sekarang yang bisa dibilang sudah tidak muda lagi, ternyata kamu masih saja bersahabat karib dengan yang namanya nakal."

"Bahkan kawan... hobimu yang sekarang, ternyata sanggup membuat beberapa kawan kita yang lainnya, menjadi para pribadi yang terkenal dengan cara yang masuk akal."

Begitulah ujarnya tadi siang di salah satu tempat mengisi perut yang tengah keroncongan. Penilaian darinya, menurut olah pikirnya, yang katakanlah sudut pandangnya tentang aku yang sekarang.

Begitulah... ada kekurangan, ada kelebihan. Ada pengalaman, jadi bahan demi bahan proses pembelajaran. Termasuk ada juga penyesalan akan satu pun lain hal, yang faktanya sudah terjadi yang tidak bisa terbantahkan.

Begitulah... kejujuran memang sangat dibutuhkan. Ketergantungan akan siapa saja sebaiknya dikurangi, belajar untuk bisa lebih percaya diri yang dalam artian, percaya terhadap kemampuan yang diri sebagai pribadi miliki, itu lebih berarti.

Begitulah... tentang lika-liku hidup setiap pribadi, memang punya jalinan yang adalah jalan ceritanya masing-masing, yang pada akhirnya akan dinamakan ujian demi ujian, akan apa saja yang namanya adalah kenyataan perjalanan.

"Dia memanggilku kawan, itu pengakuannya. Andai sebaliknya, aku adalah lawannya ataupun saingannya, aku akan tetap menghargainya pula menghormatinya."

"Kawan... tidak perlu sungkan, selain akan aku buktikan! bahwa dirimu berharga, bahwa dirimu tidak akan aku kesampingkan."

Senja akan tiba, bahkan tengah menyapa.
Senja itu adalah cara. Menoleh bijaksana, memilih doa, mewujud berwibawa.
Senja itu adalah akhiran. Menuju damai, meraih lega, merengkuh paripurna.

Salam sehat selalu
Bandung, 16 Februari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun