Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tergoda Realita Semenjana

13 September 2020   00:40 Diperbarui: 11 Desember 2020   20:55 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Tidak selalu atas dasar cinta, justru kerap kali hanya sekadar rasa yang semenjana."

"Apa itu cinta?" Silahkan tafsirkan saja sendiri sesuai pengalaman pribadi, dari apa saja yang pernah juga telah, lalu memang sudah teralami sendiri.

"Apa itu rasa?" Banyak yang bilang bahwa rasa itu memang ya rasa saja, bukan cinta. Sebab rasa hanyalah salah satu bagian dari cinta itu sendiri.

"Cinta itu tak hanya tentang rasa saja. Cinta itu luas adanya. Bahkan, karena cinta itu luas, wajar adanya, jika cinta itu adalah tentang satu dan lain hal yang sifatnya natural pun universal."

"Apa itu semenjana?" Ah! mudah saja, tinggal browsing lalu cari tahu sendiri tentang detailnya. Telusuri secara pasti, terhubung secara langsung untuk mengenali, menggali, memahami, tentang arti dari apa yang disebut semenjana.

"Apa itu ikatan?" Tentu adalah sebuah pertalian. Bisa yang memang akan saling menguatkan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Pun bisa juga sih hanya sebatas menyesuaikan sesuai kebutuhan, di cukup segelintir keadaan yang kemudian akan berakhir saling melepaskan, lalu melupakan.

Nah! Sekarang tibalah saatnya untuk masuk ke tema utama pembahasan, yaitu tentang agenda atau sebuah wacana pertautan dua insan dalam satu wadah, yang bernama ruangan perselingkuhan.

Mengenai perselingkuhan, memang bisa terjadi dimana saja, kapan saja. Bisa dengan siapa saja, bahkan teramat sangat bisa terjadi dengan lebih dari satu orang saja.

"Realita adalah kenyataan, begitupun sebaliknya, dimana kenyataan, adalah realita."

"Apakah selingkuh itu menyenangkan?!" Tentu menyenangkan, untuk yang mempunyai kegemaran berselingkuh. Cari-cari lalu curi mencuri kesempatan untuk melepaskan diri dari pasangan, dengan berbagai macam alasan.

"Apakah selingkuh itu menyedihkan?" Tentu menyedihkan, untuk yang menjalaninya lalu ketahuan. Dimana pada akhirnya, keadaan perasaan tidak bisa dipungkiri, terungkap penyesalan.

"Apakah selingkuh itu mematikan?" Tentu bagi siapa saja yang kurang memperhatikan imbas kurang jelas terdampak berselingkuh. Bahkan, tidak sedikit yang akhirnya kehilangan mata pencaharian, gegara keranjingan berselingkuh yang membuat lupa daratan.

"Apakah selingkuh itu bagian dari kehidupan?" Memang iya, sebab siapapun akan berjumpa dengan yang namanya ujian. Dimana ujian berfungsi sebagai batu loncatan, untuk meraih keadaan yang jauh lebih baik dan menenangkan, mendamaikan, atau justru sebaliknya.

"Apakah selingkuh bisa terjadi disebabkan kurang perhatian, kurang diperhatikan?" Jawabannya secara logika sih, itu memang masuk akal. Akibat dari kurang diperhatikan, akhirnya mencari kepuasan sekaligus hiburan dengan yang bukan pasangan sah secara aturan.

So... hidup adalah pilihan. Menyenangkan atau tidak, hati-hati ketika hendak memilih untuk menjalani ragam macam keadaan, itu semua tergantung kepekaan akal sehat yang tertanam di pikiran.

So... salah atau benar adalah relatif. Tergantung pribadinya itu sendiri ketika akan menjalani juga menikmati, aneka warna suasana yang menggoda atau tergoda, yang adalah godaan perjalanan kehidupan.

So... apapun itu, tergantung pendirian ketika berhadapan dengan yang namanya ujian. Apapun kesempatan, butuh pemikiran yang teramat matang sebelum dijadikan pilihan.

Kesempatan untuk berpikir terlebih dahulu, itu sangat perlu demi tidak terjadi rancu. Sebelum memutuskan untuk menjalani satu dan lain hal yang mungkin saja akan berujung kesempitan.

"Oh iya, ini hanya sekadar tulisan. Bukan untuk dipikirkan, hanya untuk dibaca yang semoga saja bisa terbaca."

"Memang sih, kemungkinannya cukup besar untuk terjadi. Bisa terjadi perselingkuhan di kantor, di luar kantor, ataupun dimana saja yang memang nggak ada kantornya."

DS, 13/09/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun