"Ah, ya nggak lah. Masa iya ada adegan perpaduan yang kebetulan. Nggak ada kebetulan, justru yang ada adalah memang sudah direncanakan secara terencana."Â Panjang juga tokoh dua membeberkan.
"Ya sudahlah, lagian sudah kejadian."Â Eh ternyata, tokoh satu pasrah juga. Menerima kenyataan, sudah tidak ada alasan, wong memang sudah kejadian.
"Baiklah, berarti sudah diputuskan. Kita cukupkan sekian segala sesuatunya, daripada ujung-ujungnya kebablasan."Â Tokoh dua lagi pura-pura nih.
"Eh, jangan! Justru kita harus lanjutkan, lalu teruskan! Toh memang iya, sudah terlanjur bablas sebablas-bablasnya."Â Tokoh satu mulai agak-agak lupa daratan.
"Waduh! Nggak salah nih? Masa iya diteruskan perbuatan yang demikian?!"Â Tokoh dua masih saja pura-pura enggak, padahal iya tuh.
Nah, begitulah ceritanya percakapannya. Cukup beberapa adegan percakapan saja. Sengaja, saya cukupkan sekian adegan percakapannya.
"Mohon maaf, saya terdampak kepanasan yang jadi gerah adanya. Ya sudah ya, itu saja dulu. Gerah nih, mau minum dulu."
Salam humor
DS, 01/09/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H