Hanya sepekan berpapasan. "Berpapasan rasa, begitu lho maksudnya." Hanya sepekan saja, menikmati petualangan. Berselancar alam rasa dengan dia, pujaan yang ternyata kini memilih beralih ke lain sandaran. "Eh! Duh! Keceplosan ah!"
"Duh! Ah! Jujur saja, ini semua akhiran yang sangat tidak menyenangkan. Perasaan tercabik-cabik, hati menjerit, di detik kesekian yang serasa tercekik oleh titik-titik." Eh tapi, secangkir kopi campur gula, masih terasa manis sih. Masih pas nih takarannya.
Memang adalah memang, inilah akhiran. Sebuah akhiran penuh kejutan. Sebuah akhiran dalam rentang sepekan, yang titik temunya adalah sebuah perpisahan. "Perpisahan yang... ya sudahlah, cukup sekian dan terima kasih."
"Selamat malam idaman, eh bukan-bukan. Mantan idaman yang kini telah memilih berganti haluan."
"Oh iya, hati-hati lho ya, jangan sampai kebablasan. Bilamana kebablasan... duh! Ah! Mana tahan tuh! Itu kan namanya, pertahanan kebobolan."
"Haduh, keterusan. Masih kepikiran sih, tentang dia sang mantan. Sempat merapat yang sekilat saja. Hanya berdurasi satu pekan."
"Pun ternyata... sepekan kisah yang teruntuk sang mantan, hanyalah sebuah fase penjajakan yang cukup demikian, lalu sekian."
"Oh iya, humor nggak sih?! Sedih sih iya. Ah! Cukup sekian dan terima kasih. Daripada keterusan duh ah duh ah."
DS, 20/08/2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI