Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kisah Sepekan, yang Duh! Ah!

20 Agustus 2020   19:43 Diperbarui: 7 Desember 2020   11:36 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi


Senin yang kesekian, di detik yang barusan saja sudi mampir untuk hadir. Sekilas namun membekas, sebab detik yang telah berlalu, mana mau hadir lagi. Detik pun menyampaikan, "Cukup sekian dan terima kasih."

Senin yang ngangenin. Mengingatnya, terbayang akan dirinya. Ah! Dirinya itu lho, yang menghadirkan secuil harapan. "Jadi harap-harap cemas nih."

Selasa yang menawan hadir di permukaan. Pucuk dicinta kemasan pun tiba. "Eh bukan, bukan kemasan. Duh maaf-maaf, melainkan seorang perawan, sang pujaan pun idaman. Pemanis kehidupan, muncul dihadapan."

Rabu seru, hadirkan kegirangan. Tentu saja, berkat dari sang perawan berkenan menerima. Menerima pernyataan, yang menjadikan sebuah ikatan mulai dijalankan.

"Ah, semoga saja berkelanjutan. Hingga akan sampai menuju jenjang yang akan berkepanjangan, menuju entah sampai kapan terpisahkan." Hanya ingin saja sih, cuma ingin, sebatas ingin.

Hari kamis yang begitu manis. Tak ada raut bengis, sebab yang ada adalah larik-larik gerimis, hadirkan suasana romantis, terasa sangat menyenangkan. "Duh! Ah! Senangnya hati, bahagia menari-menari nih."

Jum'at merapat mendekat. "Eh tapi, kok auranya pekat ya?! Ada sekat apa ya, yang menyumbat?" Kedekatan berubah drastis, keakraban jadi statis. "Duh! Ah! Rasa-rasanya jadi pengen nangis nih!!!"

Sabtu yang baru, rasanya justru sendu. Dia pujaan, idaman, mengutarakan sesuatu. Sesuatu yang ternyata jalan buntu. Mana ada titik temu, mana ada secercah rindu. "Kelabu sih iya."

Minggu penutupan, sang pujaan ngajak ketemuan. Di situ tuh, di tempat yang itu. Tempat dimana awalnya terikat, tertambat.

"Eh kini jadi tempat yang pada akhirnya menjadikan ceritanya berujung tamat. Bahasa lainnya sih... end of a story."

Hanya sepekan saja, sempat berpegangan. "Itu pun sedikit saja. Belum ada surat ijin menyentuh yang terlalu." Memang iya, dia yang bilang, jangan keterlaluan, apalagi berlebihan. Sedikit yang penting cukup, setetes... yang penting takjub.

Hanya sepekan berpapasan. "Berpapasan rasa, begitu lho maksudnya." Hanya sepekan saja, menikmati petualangan. Berselancar alam rasa dengan dia, pujaan yang ternyata kini memilih beralih ke lain sandaran. "Eh! Duh! Keceplosan ah!"

"Duh! Ah! Jujur saja, ini semua akhiran yang sangat tidak menyenangkan. Perasaan tercabik-cabik, hati menjerit, di detik kesekian yang serasa tercekik oleh titik-titik." Eh tapi, secangkir kopi campur gula, masih terasa manis sih. Masih pas nih takarannya.

Memang adalah memang, inilah akhiran. Sebuah akhiran penuh kejutan. Sebuah akhiran dalam rentang sepekan, yang titik temunya adalah sebuah perpisahan. "Perpisahan yang... ya sudahlah, cukup sekian dan terima kasih."

"Selamat malam idaman, eh bukan-bukan. Mantan idaman yang kini telah memilih berganti haluan."

"Oh iya, hati-hati lho ya, jangan sampai kebablasan. Bilamana kebablasan... duh! Ah! Mana tahan tuh! Itu kan namanya, pertahanan kebobolan."

"Haduh, keterusan. Masih kepikiran sih, tentang dia sang mantan. Sempat merapat yang sekilat saja. Hanya berdurasi satu pekan."

"Pun ternyata... sepekan kisah yang teruntuk sang mantan, hanyalah sebuah fase penjajakan yang cukup demikian, lalu sekian."

"Oh iya, humor nggak sih?! Sedih sih iya. Ah! Cukup sekian dan terima kasih. Daripada keterusan duh ah duh ah."

DS, 20/08/2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun