Mohon tunggu...
Awan Ulama
Awan Ulama Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Melawan Teror Tanpa Teror

13 Juli 2018   10:53 Diperbarui: 13 Juli 2018   11:42 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Buku yang ditulis oleh Drs Dadeng Hidayat ini, Melawan Teror Tanpa Teror, adalah karya ensiklopedis kecil yang sangat menarik. Untuk Konteks Indonesia, buku ini menguraikan secara kronologis peristiwa pemboman yang dilakukan oleh teroris yang telah menewaskan ribuan orang. Sebagian nserangan bom yang terjadi di berbagai lokasi Indonesia juga menelan korban, terutama yang dikaitkan dengan aksi kelompok Jamaah Islamiyah. Namun sejumlah bserangan bom lainnya, yang jumlahnya tak sedikit diduga beralasan konflik etnis dan agama, kepentingan politik dan aksi kriminal lainnya.

Berikut secara kronologis, daftar serangan bom di Indonesia sejak tahun 2000 yang mengakibatkan korban tewas pada tanggal 1 Agustus 2000, Bom meledak di depan kediaman Duta Besar Filipina di Jakarta, 2 orang terbunuh. Ini merupakan debut bom awal dari kalangan pergerakan Islam yang tidak dipahami Pemerintah.

KATA PENGANTAR

RI pada saat itu, meskipun kemudian dirasakan adanya hubungan dengan kelompok militan di selatan Filipina, namun belum ada yang tahu bahwa kelompok militan Islam MILF (Moro Islamic Liberation Front) itu berakitan dengan kelompok-kelompok militan Islam seperti Darul Islam atau nama resminya Negara Islam Indonesia di Indonesia. 

Makanya penanganan Bom Kedutaan Filipina ini sebagai peristiwa kriminal biasa yang terkait dengan politik di luar Indonesia. Pemerintah pada waktu itu tidak perlu menaruh perhatian yang berlebihan untuk bom yang dianggap tak terkait dengan Indonesia secara langsung.

Pada tanggal 13 September 2000 --- Ledakan di gedung Pasar Bursa Jakarta, 15 orang meninggal, puluhan cedera juga menambah kebingungan mengapa gerakan separatis di Aceh menjadi teroris. Terorisme sudah mulai menggejala dalam politik Indonesia. Baru pada tanggal 24 Desember 2000 -- dimana serangkaian serangan di gereja-gereja Jakarta dan kota-kota lain, 17 orang tewas, lebih dari 100 orang luka-luka--- pemerintah.

Indonesia mulai menyadari adanya hal yang mencurigakan dalam soal hubungan Islam dan Kristen yang serius di Indonesia. Namun, peristiwa ini belum juga menyentak pemerintah untuk segera waspada atas kelompok militan yang berpotensi menjadi teroris. Nama Jamaah Islamiyyah masih sangat harum dan masih menjadi kelompok yang berdakwah untuk kemenangan politik tanpa demokrasi yang disukai banyak kalangan.

Kesadaran pemerintah baru benar-benar terhenyak ketika pada tanggal 12 Oktober 2002 -- dikenal sebagai Bom Bali, aksi itu menyerang sebuah klub di Kuta, Bali. 202 Orang tewas, kebanyakan turis asing. 88 orang diantaranya warga Australia. Ratusan orang terluka. Pemerintah terbengong- bengong dan banyak analisa yang keluar tentang hal yang mengejutkan tersebut. 

Banyak analisis aneh dan lucu seputar Bom Bali I yang menunjukkan bahwa pemerintah masih gamang dan tak mengerti mengapa hal itu terjadi. Setelah ditelusuri dan ditemukannya para tokoh militan Islam, barulah kesadaran kewaspadaan terhadap kelompok militan Islam---Jamaah Islamiyyah---menjadi sangat tinggi.

Tokoh Ustadz Abubakar Ba'asyir masih menjadi sorotan dan beberapa tokoh lainnya menjadi titik panas perhatian ini. Masih juga membingungkan adalah bom yang meledak pada tanggal 5 Desember 2002 -- Ledakan bom di rumah makan McDonald di Makassar, Sulawesi. 3 Orang tewas.

Bom ini juga masih menyisakan kebingungan di berbagai kalangan. bahkan hingga kini Bom McDonald Makasar ini kurang begitu diminati para peneliti untuk dikaji lebih lanjut. Kewaspadaan ditingkatkan hingga ke daerah-daerah. Serangan bom bukan hanya di Bali dan Jakarta saja.

Pada tanggal 5 Agustus 2003 --- serangan bom pertama erhadap hotel JW Marriott di Jakarta. 12 korban tewas, termasuk seorang warga Belanda. Lebih dari 150 orang terluka. Bom ini semakin menambah kebencian publik kepada kelompok-kelompok militan Islam karena ditemukan banyak bukti keterlibatan mereka yang dipimpin oleh Noordin M Top dan Doktor Azhari, dua tokoh militan Islam dari Malaysia yang kemudian menjadi anggota Negara Islam Indonesia, kemudian berubah menjadi Jamaah Islamiyah dan kemudian berubah lagi menjadi Tandhim Koidatul Jihad.

Menguatnya kelompok militan Islam lainnya di Sulawesi semakin membuat pemerintah bingung. Pada tanggal 10 Januari 2004 --- bom meledak di lokasi karaoke, kafe Sampodo di Palopo, Sulawesi, 4 orang tewas. Bahkan bom ini sempat mencuatkan isu demokrasi yang kebablasan yang tengah dipraktikkan di Indonesia. Kelompok-kelompok dengan kekuatan politik dan modal yang tersebar ini mulai menggerakkan perubahan politik ke arah yang semakin negatif. Kalangan pengajian Islam mulai banyak dicurigai.

Pada tanggal 9 September 2004 --- bom mobil berkekuatan 1 ton meledak di depan Kedutaan Australia, Jakarta. 10 warga Indonesia tewas, lebih dari seratus orang cedera yang merupakan hasil karya Doktor Azhari ini semakin meramaikan gerakan terorisme di Indonesia. Pemerintah makin menggencarkan pencarian terhadap tokoh yang paling berbahaya ini. Dunia pergerakan Islam juga semakin disorientasi dalam menyikapi bom Kuningan ini.

Di sela-sela kegalauan politik, muncul lagi bom pada tanggal 13 November 2004 -- ledakan terjadi di dekat kantor polisi Kendari, Sulawesi, 5 orang tewas, 4 orang terluka. Konflik agama di Sulawesi yang tidak bisa dipadamkan pemerintah menunjukkan kegalauan politik yang semakin dalam. Ditambah lagi bom yang meledak pada 28 Mei 2005 Bom di pasar Tentena, Sulawesi, 22 orang tewas, 90 cedera. 

Sulawesi adalah pulau paling radikal dalam sejarah terorisme di Indonesia. Pada tanggal 31 Desember 2005, Bom meledak di sebuah pasar Palu, Sulawesi, 8 orang tewas, sedikitnya 48 orang terluka, sementara situasi Poso semakin tak terkendali. Pemerintah seakan tak mengerti, bagaimana mengakhiri semua teror ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun