Mohon tunggu...
Awan Ulama
Awan Ulama Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Melawan Teror Tanpa Teror

13 Juli 2018   10:53 Diperbarui: 13 Juli 2018   11:42 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Pada tanggal 5 Agustus 2003 --- serangan bom pertama erhadap hotel JW Marriott di Jakarta. 12 korban tewas, termasuk seorang warga Belanda. Lebih dari 150 orang terluka. Bom ini semakin menambah kebencian publik kepada kelompok-kelompok militan Islam karena ditemukan banyak bukti keterlibatan mereka yang dipimpin oleh Noordin M Top dan Doktor Azhari, dua tokoh militan Islam dari Malaysia yang kemudian menjadi anggota Negara Islam Indonesia, kemudian berubah menjadi Jamaah Islamiyah dan kemudian berubah lagi menjadi Tandhim Koidatul Jihad.

Menguatnya kelompok militan Islam lainnya di Sulawesi semakin membuat pemerintah bingung. Pada tanggal 10 Januari 2004 --- bom meledak di lokasi karaoke, kafe Sampodo di Palopo, Sulawesi, 4 orang tewas. Bahkan bom ini sempat mencuatkan isu demokrasi yang kebablasan yang tengah dipraktikkan di Indonesia. Kelompok-kelompok dengan kekuatan politik dan modal yang tersebar ini mulai menggerakkan perubahan politik ke arah yang semakin negatif. Kalangan pengajian Islam mulai banyak dicurigai.

Pada tanggal 9 September 2004 --- bom mobil berkekuatan 1 ton meledak di depan Kedutaan Australia, Jakarta. 10 warga Indonesia tewas, lebih dari seratus orang cedera yang merupakan hasil karya Doktor Azhari ini semakin meramaikan gerakan terorisme di Indonesia. Pemerintah makin menggencarkan pencarian terhadap tokoh yang paling berbahaya ini. Dunia pergerakan Islam juga semakin disorientasi dalam menyikapi bom Kuningan ini.

Di sela-sela kegalauan politik, muncul lagi bom pada tanggal 13 November 2004 -- ledakan terjadi di dekat kantor polisi Kendari, Sulawesi, 5 orang tewas, 4 orang terluka. Konflik agama di Sulawesi yang tidak bisa dipadamkan pemerintah menunjukkan kegalauan politik yang semakin dalam. Ditambah lagi bom yang meledak pada 28 Mei 2005 Bom di pasar Tentena, Sulawesi, 22 orang tewas, 90 cedera. 

Sulawesi adalah pulau paling radikal dalam sejarah terorisme di Indonesia. Pada tanggal 31 Desember 2005, Bom meledak di sebuah pasar Palu, Sulawesi, 8 orang tewas, sedikitnya 48 orang terluka, sementara situasi Poso semakin tak terkendali. Pemerintah seakan tak mengerti, bagaimana mengakhiri semua teror ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun