Selanjutnya Popper menegaskan bahwa setiap teori ilmiah selalu hanya bersifat hipotetis, yakni berupa dugaan sementara (conjecture),  tidak  akan pernah  ada kebenaran  final.  Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori baru yang lebih tepat. Terkait hal ini, ia lebih suka memakainya dengan istilah hipotesa ketimbang teori, hanya semata-mata didasarkan pada sifat kesementaraannya. Ia menegaskan bahwa suatu hipotesa atau proposisi dikatakan ilmiah jika secara prinsipil ia memiliki kemungkinan untuk menyangkalnya (refutability).Â
Demikian juga konsep dan teori adiksi internet juga bersifat hipotetis, yang akan terus diuji/difalsifikasi dengan penelitian-penelitian mendatang. Misalnya berkaitan dengan alat ukur adiksi, seperti IAT yang terus menerus diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan dalam pengukuran. Dari pengujian validitas pada masing-masing item pertanyaan instrumen IAT dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan dapat dinyatakan valid. Uji realibitas juga dilakukan untuk menguji apakah skala yang dibagikan benar-benar dapat diandalkan  sebagai  alat  ukur.Â
Nilai Cronbach Alpha pada kuisioner adiksi internet pada uji coba I adalah sebesar 0,886 sedangkan pada uji coba II adalah sebesar 0,951. Dapat disimpulkan IAT mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi dan dapat diandalkan. Kedua pengujian ini merupakan salah satu cara untuk memperkokoh konsep adiksi internet dapat diterima sebagai sains normal.
Walaupun sudah hampir 20 tahun sejak pertama kali disusun oleh Young, ternyata IAT masih tetap valid dan andal untuk digunakan sebagai alat ukur. Kriteria-kriteria diagnostik juga terus disempurnakan dan dipakai sebagai acuan untuk menyusun alat ukur, dan kemudian dilakukan pengujian/falsifikasi terhadap alat ukur tersebut. Ketika pengujian terhadap alat ukur adiksi internet sudah dilakukan berkali-kali dalam jangka waktu panjang, dan menunjukkan bahwa alat ukur tersebut masih valid dan andal, menunjukkan alat ukur tersebut makin corroborated (dikuatkan)
D. Adiksi Internet dari Sudut Pandang Teori Realitas
Dalam teori  realisme  sains.  realitas dalam  sains  dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Â Realitas Objektif
2) Â Realitas dalam Persepsi
3) Â Realitas konstruksi
Ketiga realitas ini tidak bisa lepas dari para penemu saintifik. Sains seringkali mendeskripsikan dirinya di dunia yang benar- benar nyata. Yang bebas dari apa yang di pikirkan. Bahwa terdapat  suatu  deskripsi  tunggal  dari  dunia  itu.  Faktanya, sains sebenarnya dibangun dari realitas objektif, realitas dalam persepsi dan realitas yang dikonstruksi. Tidak selalu bebas dari apa yang kita pikirkan dan inginkan. Terdapat banyak deskripsi dan dunia(Pluralisme). dalam fisika modern tidak pernah bisa mengukur secara objektif. Semua eksperimen memilii margin of  error. Paul-Michel Foucault menyatakan dalam definisi gila, gila di dirikan oleh masyarakat kapitalis pada kaum-kaum non-produktif. Sehingga definisi gila adalah realitas yang di konstruksi.Â
Dalam kutipan dari Philip Stokes di Philosophy: 100 Essential Thinkers (2004)'The theme that underlies all Foucaults work is the relationship between power and knowledge, and how the former is used to control and define the latter. What authorities claim as scientific knowledge are really just means of social control. Foucault shows how, for instance, in the eighteenth century madness was used to categorise  and  stigmatise  not  just  the  mentally  ill  but  the poor, the sick, the homeless and, indeed, anyone whose ex- pressions of individuality were unwelcome' [35].Â