Pulang secepatnya, hanya itu yang ingin saya lakukan menjelang akhir tahun 2020 bulan lalu.Â
Setelah berminggu-minggu mengalami penundaan penerbangan, akhirnya tiba juga hari keberangkatan. Â Maskapai Garuda Indonesia menjadi pilihan satu-satunya saat pandemi menuju ke Australia. Bila sebelumnya bisa lewat Bali dan berbagai pilihan penerbangan beberapa kali seminggu.
Pulang ke Australia adalah hal biasa sebelumnya. Melenggang dengan tanpa rasa was-was seperti sekarang saat pandemi. Pulang kali ini sangatlah panjang karena menempuh waktu tiga minggu, empat bandara dan dua hotel. Menempuh jarak terpanjang dalam hidup karena harus memutar antar negara bagian.Â
Bila biasanya dalam waktu 4jam sudah tiba di Cairns-Queensland, kali ini harus memutar dulu lewat Jakarta-Sydney. Â Total jarak yang harus ditempuh dengan itinenary SUB-CGK, CGK-SYD, SYD-CNS adalah 8,695 km.Â
Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah negara bagian Queensland yang membatasi penerbangan internasional langsung ke Brisbane hanya 1000 penumpang/minggu. Jadi terpaksa via Sydney dulu.
Sabar, hanya itu bekal utama yang dibutuhkan saat karantina 14hari di Sydney nanti. Sudah siap sedia segala keperluan yang mungkin dibutuhkan saat karantina seperti alat kebersihan dari lap, sabun pencuci piring, pewangi ruangan dll. Juga beberapa gadget yang mungkin bisa membantu membunuh rasa bosan.Â
Dua HP, Laptop sampai Playstation. Dari cerita dunia maya yang terpantau sebelum berangkat, dapat terlihat jelas bahwa hotel karantina di Australia benar-benar mengunci semua  penumpang dari penerbangan internasional di dalam sebuah kamar tanpa boleh berinteraksi dengan orang luar kecuali lewat dunia maya.
Setelah menunggu selama satu minggu di hotel bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Akhirnya tiba saat keberangkatan internasional. Menjelang tengah malam awal Desember 2020 mendapat boarding pass juga. Terus terang panjang sekali ceritanya setelah ditunda berminggu-minggu oleh maskapai.Â
Masuk gerbang internasional Terminal 3 rasanya gimana gitu. Lega dan bahagia. Hasil Test PCR negatif yang masih saya simpan di dalam tas ternyata tidak diperiksa di Jakarta. Kata petugasnya nanti wajib karantina juga 14 hari jadi tidak perlu dicek lagi.Â
Masuk ke kabin pesawat lancar dan langsung tidur, ingin sekali bangun 7jam kemudian dan semakin dekat menuju rumah di Australia.
Tiba di gerbang kedatangan internasional di Sydney Airport, seluruh penumpang disambut oleh tentara gabungan Departemen Pertahan dan kepolisian Australia. Bisa dilihat dari sini betapa seriusnya masalah pandemi ini.Â
Setelah itu resident international traveller istilahnya bagi penduduk tetap dan warga negara saja yang diutamakan boleh masuk ke Australia dikawal memasuki bis yang sudah disediakan.Â
Bis pun melaju beberapa saat kemudian, di dalam bis tetap diwajibkan memakai masker dan menjaga jarak. Fasilitas di dalam bis memudahkan penumpang berkomunikasi dengan keluarga dan teman karena dilengkapi dengan fasilitas free wifi dan charger HP.Â
Hotel karantina di Sydney rata rata-rata adalah fasilitas hotel bintang 4 atau apabila beruntung mendapat bintang 5. Sambil berdoa dalam hati semoga beruntung dan mendapat pemandangan bagus dari dalam kamar nanti.
Dengan tetap dikawal petugas kepolisian, bis pun melaju  menuju hotel Four Points by Sheraton Sydney. Wah lumayan bagus juga, Alhamdulillah. Â
Tiba di depan pintu masuk hotel, dengan bertahap setiap lima penumpang dipersilahkan menuju lobby untuk check in. Â Satu kelompok lima orang dan tetap dikawal kemana-mana.Â
Pengawalan ini adalah protokol karena pernah ada yang kabur dan langsung berbaur dengan masyarakat yang sangat berbahaya apabila membawa virus dan menulari banyak orang.Â
Mungkin sebagian orang keberatan dengan biaya 30juta/orang dan wajib dibayar sendiri. Tidak bisa memilih hotel mana yang dikehendaki buat karantina selama pandemi ini. Semua sudah ditentukan oleh Departemen Kesehatan Australia.Â
Satu-persatu penumpang check in di hotel sebelum kemudian mendapat jatah kamar di satu lantai. Setelah mendapat kunci kamar kemudian tamu dipersilahkan menuju lift secara perorangan. Satu orang saja diperbolehkan memakai lift dalam satu waktu, sementara tamu lain masih menunggu di lobby hingga tiba gilirannya masing-masing.
Menuju kamar di lantai 13 terasa sangat berbeda dengan semua hotel yang pernah saya tempati sebelumnya. Terus terang ini adalah hotel paling 'sesuatu' setelah bertahun-tahun melakukan perjalanan ke berbagai negara. Â
Sepi mamring kata orang Jawa bilang. Meskipun mungkin kamar telah penuh dengan penghuni dari berbagai negara. Keluar koridor tidaklah diperbolehkan.Â
Denda berlipat-lipat bagi yang melanggar. Peraturan yang sangat ketat tersebut wajib dilakukan demi kepentingan bersama yakni mencegah penyebaran virus yang mematikan ini ke masyarakat luas.Â
Hari pertama lancarlah, aman tanpa kendala berarti. Masih penasaran sama menu hotel awalnya. Mendapat asupan yang cukup dengan jatah makan 3x sehari dan buah segar. Â Mulai agak santai bisa kuliah lagi setelah sehari absen karena dalam perjalanan.Â
Fasilitas di kamar hotel juga sangat bagus, cuma internet kadang kurang bagus mungkin karena semua tamu sedang memakai sambungan internet yang sama. Sprei dan sarung bantal ditaruh di depan pintu seminggu sekali, sedangkan handuk bersih dan alat mandi siap di depan pintu setiap pagi.
Hari kedua mendapat telepon dari perawat khusus hotel, menanyakan kabar. Apakah memiliki gejala demam, batuk dan flu atau tidak. Setelah dirasa aman, perawat mendatangi ke depan kamar untuk swab test. Apabila esoknya tidak dipindah ke red hotel (hotel khusus positive covid-19) berarti hasilnya negatif.
Hari ketiga mulai bosan dengan menu hotel yang cuma makanan kemasan. Untungnya sejak terakhir pulang ke Australia sudah mengurus memiliki kartu bayar elektronik.Â
Jadi pesan uber eats adalah satu-satunya jalan. Semua menu asia di Sydney juga tersedia asalkan bisa akses uber dan setiap tamu bisa menerima care package ke kamar hotel masing-masing.Â
Cuma peraturannya, setelah ketukan pintu dari kurir pengantar paket hanya boleh diambil setelah 5menit dari ketukan. Hal ini untuk memastikan tamu tidak bertatap muka langsung dengan kurir hotel.
Hari demi hari semakin sering membeli makanan online, berasa makin gede saja badan ini. Ya, makan juga merupakan salah satu cara menghilangkan kejenuhan.Â
Foto selfie dari berbagai penjuru sudah, foto makanan juga sudah, hitung kendaraan lewat di bawah juga sudah, sampai menghitung bintang di langit pun dijalani.
Tibalah pada hari kesepuluh. Test swab PCR yang kedua dilakukan lagi untuk memastikan penghuni karantina bisa dengan aman berbaur dengan masyarakat nantinya.Â
Dan puji syukur semua baik-baik saja. Setelah mendapat kepastian hasil negatif baru berani membeli ticket tujuan selanjutnya yakni Cairns, Queensland. Masih 2421km lagi jaraknya dari rumah. Untungnya sudah terbiasa sejak beberapa tahun ini bolak-balik ke Australia, jadi merasa 'everything gonna be alright'.
Hari keempat belas semua penghuni yang hasil testnya negatif mendapat gelang berwarna merah. Ada nama hari di sana penghuni boleh keluar hotel. Beruntung pula dapat melewati kesempatan karantina lebih awal di Sydney.Â
Karena beberapa hari setelah sampai di Cairns-Queensland ada outbreak lagi di sekitar Greater Sydney. Alamat apabila terjebak di Sydney masuk ke negara bagian Queensland harus karantina lagi selama 14 hari. Â
Ada baiknya memang mematuhi peraturan standar keamanan Covid-19 dengan memakai masker dan menjaga jarak. Karena kita tidak akan pernah tahu apa yang orang lain bawa. Dan sudah pasti mencegah itu lebih baik daripada mengobati.Â
Welcome Home, Cairns-Queensland-Australia....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H