Sumber: tempo.co dan wikipedia.org
Lalu bagaimana metode penggunaan huruf braille?
Huruf braille ditulis dengan sebuah dua buah alat khusus bernama riglet dan stilus. Ditulis dengan stilus yang bentuknya menyerupai pulpen dan memiliki sudut tajam untuk melubangi kertas menurut dengan terstruktur menurut cara penulisan huruf braille.Â
Untuk membentuk sebuah huruf, riglet merupakan alat yang dapat membentuk 6 titik tersebut. Riglet berbentuk seperti pengaris, namun memiliki lubang lubang yang masing-masing memiliki 6 titik (3 titik di sel sebelah kanan dan 3 titik sel sebelah kiri). 6 titik tersebut dapat membentuk satu atau lebih kombinasi huruf dan bermacam jenis huruf, baik untuk penulisan huruf latin biasa, symbol matematika, penulisan huruf arab, dan notasi musik.
Ada juga mesin ketik braille yang lebih modern dibanding cara penulisan dengan riglet dan stilus. Penulisan huruf tetap sama namun cara penggunaannya berbeda. Jika menggunakan stilus dan riglet, untuk membentuk susunan huruf yang rapih harus menggunakan stilus yang tidak terlalu tumpul ataupun terlalu tajam agar huruf yang dihasilkan rata dan tidak merusak kertas. Jika menggunakan mesin ketik braille bergantung pada tekanan yang dihasilkan dari masing-masing jari.
Saat ini juga telah hadir printer braille yang dapat meminimalisir waktu dalam pengerjaan huruf braille berjumlah banyak, seperti untuk soal ujian pada sekolah khusus atau inklusi, buku perpustakaan braille, dan buku bacaan lainnya.
Mengingat harganya yang sangat mahal, tidak seperti mesin printer pada umumnya, maka printer braille hanya digunakan untuk kebutuhan lembaga/institusi pendidikan atau perpustakaan/percetakan  braille saja, dan tidak digunakan untuk perorangan karena harganya yang dapat menembus angka puluhan juta (untuk jumlah cetak kertas sedikit), dan ratusan juta untuk jumlah cetak banyak.
Era digital ini, huruf braille juga diadopsi pada smartphone besutan apple dan google android. Pembaca layar yang tertanam didalamnya telah disertai dengan keyboard braille yang tampilannya menyerupai riglet dan mesin ketik braille. Lalu jika pada smartphone menggunakan keyboard braille, apakah input dan output akan menghasilkan huruf braille? Jawabannya tidak.
Input dan output tulisan yang dihasilkan akan menghasilkan huruf biasa. Namun hanya metodenya saja yang menggunakan huruf braille. Menurut teman teman difabel tunanetra yang saya temui, mereka dapat mengetik lebih cepat dibanding menggunakan keyboard konvensional yang ada pada smartphone. Namun, untuk sebagian tunanetra lainnya mereka kesulitan dalam menulis dengan keyboard braille tersebut karena harus mengetik dengan 6 jari, 3 jari kanan dan 3 jari kiri. Mereka lebih memilih tetap menggunakan keyboard konvensional pada umumnya yang digunakan oleh teman teman normal.
Demikian tulisan saya. Terimakasih telah membaca tulisan ini. Semoga dapat membawa manfaat dan idukasi teman teman pembaca mengenai huruf braille.
Salam, Awan Aditya