Mohon tunggu...
Awan Aditya
Awan Aditya Mohon Tunggu... Musisi - Music player

Awan Aditya, adalah seorang yang memiliki hobi dibidang musik dan eksplorasi dibidang teknologi informasi dan komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah dan Perkembangan Huruf Braille, Huruf Timbul untuk Membantu Menulis dan Membaca Disabilitas Netra

5 Mei 2021   12:09 Diperbarui: 5 Mei 2021   12:38 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sumber: tempo.co dan wikipedia.org

Lalu bagaimana metode penggunaan huruf braille?

Huruf braille ditulis dengan sebuah dua buah alat khusus bernama riglet dan stilus. Ditulis dengan stilus yang bentuknya menyerupai pulpen dan memiliki sudut tajam untuk melubangi kertas menurut dengan terstruktur menurut cara penulisan huruf braille. 

Untuk membentuk sebuah huruf, riglet merupakan alat yang dapat membentuk 6 titik tersebut. Riglet berbentuk seperti pengaris, namun memiliki lubang lubang yang masing-masing memiliki 6 titik (3 titik di sel sebelah kanan dan 3 titik sel sebelah kiri). 6 titik tersebut dapat membentuk satu atau lebih kombinasi huruf dan bermacam jenis huruf, baik untuk penulisan huruf latin biasa, symbol matematika, penulisan huruf arab, dan notasi musik.

Ada juga mesin ketik braille yang lebih modern dibanding cara penulisan dengan riglet dan stilus. Penulisan huruf tetap sama namun cara penggunaannya berbeda. Jika menggunakan stilus dan riglet, untuk membentuk susunan huruf yang rapih harus menggunakan stilus yang tidak terlalu tumpul ataupun terlalu tajam agar huruf yang dihasilkan rata dan tidak merusak kertas. Jika menggunakan mesin ketik braille bergantung pada tekanan yang dihasilkan dari masing-masing jari.

Saat ini juga telah hadir printer braille yang dapat meminimalisir waktu dalam pengerjaan huruf braille berjumlah banyak, seperti untuk soal ujian pada sekolah khusus atau inklusi, buku perpustakaan braille, dan buku bacaan lainnya.

Mengingat harganya yang sangat mahal, tidak seperti mesin printer pada umumnya, maka printer braille hanya digunakan untuk kebutuhan lembaga/institusi pendidikan atau perpustakaan/percetakan  braille saja, dan tidak digunakan untuk perorangan karena harganya yang dapat menembus angka puluhan juta (untuk jumlah cetak kertas sedikit), dan ratusan juta untuk jumlah cetak banyak.

Era digital ini, huruf braille juga diadopsi pada smartphone besutan apple dan google android. Pembaca layar yang tertanam didalamnya telah disertai dengan keyboard braille yang tampilannya menyerupai riglet dan mesin ketik braille. Lalu jika pada smartphone menggunakan keyboard braille, apakah input dan output akan menghasilkan huruf braille? Jawabannya tidak.

Input dan output tulisan yang dihasilkan akan menghasilkan huruf biasa. Namun hanya metodenya saja yang menggunakan huruf braille. Menurut teman teman difabel tunanetra yang saya temui, mereka dapat mengetik lebih cepat dibanding menggunakan keyboard konvensional yang ada pada smartphone. Namun, untuk sebagian tunanetra lainnya mereka kesulitan dalam menulis dengan keyboard braille tersebut karena harus mengetik dengan 6 jari, 3 jari kanan dan 3 jari kiri. Mereka lebih memilih tetap menggunakan keyboard konvensional pada umumnya yang digunakan oleh teman teman normal.

Demikian tulisan saya. Terimakasih telah membaca tulisan ini. Semoga dapat membawa manfaat dan idukasi teman teman pembaca mengenai huruf braille.

Salam, Awan Aditya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun