Mohon tunggu...
Kurniawan T Arief
Kurniawan T Arief Mohon Tunggu... lainnya -

Indonesian People

Selanjutnya

Tutup

Money

Platform Newstand dalam Menyongsong Digital Publishing di Indonesia

9 September 2013   09:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:09 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sebenarnya, banyak newsstand besutan anak negeri yang tak kalah canggih dengan newsstand versi silicon valley yang melegenda. Patut dipertimbangkan, platform domestik ini paling memahami karakter pembaca di Indonesia yang tentu berbeda dengan karakter pembaca dari belahan dunia manapun. Mereka, mampu menyediakan apa yang Indonesia mau.

Bertumbuh kembangnya ekosistem digital publishing terus menuntut tersedianya konten yang dapat mendukung perkembangan industrinya. Tak terkecuali newsstanding. Kendati newsstand resmi milik Apple telah ada dan besar, tapi tak menjadi halangan bagi para apps developer untuk menghadirkan aplikasi sejenis, terlebih bagi penerbit di Indonesia. Tercatat ada beberapa aplikasi digital newsstand yang ada di Indonesia. Dari yang mulai bermodal besar, berteknologi unik, baru dimulai hingga yang sudah memiliki ratusan kerjasama dengan penerbit.

Wayang Force

Dari semua nama platform, pembaca sudah pasti langsung menebak bahwa platform yang dikembangkan sejak tahun  2010 -bekerjasama dengan PhaseDev sebuah perusahaan startup lokal- ini berasal dari Indonesia. Setahun kemudian, yakni tahun  2011 Perusahaan ini pertama kali muncul dan langsung membesut produknya di Apps Store Apple untuk tablet iPad. Perusahaan ini digawangi oleh Wendy Chandra sebagai founder sekaligus CEO nya.

Wayang Force, dibagi menjadi empat subsistem, yang terdiri dari: Platform Penerbitan, Wayang Server, Mobile Application untuk iPad serta iPhone, dan Aplikasi Mobile untuk Android.

Sejak kali pertama diluncurkan, seperti dikutip dari laman webnya hingga bulan Oktober 2012,Wayang Force sudah kini memiliki 12.017 buah terbitan berupa buku, majalah, komik, serta surat kabar yang berasal dari sekitar 300 penerbit baik dalam maupun luar negeri. Sementara angka user yang mengunduh buku atau majalah melalui Wayang Force -baik di iOS, Android, maupun website- telah mencapai angka 1.389.182.

Dengan pertumbuhan user yang signifikan setiap tahunnya. Pada tahun pertamanya, tercatat 146.175 user, kemudian pada tahun 2012 mengalami kenaikan 547.427 user menjadi 693.602 dan kembali bertambah 555.405 user yang artinya masih memungkinkan untuk kembali bertambah hingga akhir 2013 nanti. Bagi anda yang berniat menerbitkan buku sendiri atau buku indie, Wayang Force patut menjadi referensi.

Scoop

Perusahaan pengembang aplikasi mobile eReader Scoop yang berkantor di Singapura dan Jakarta ini, memiliki visi luar biasa. Yakni dapat mengekspansi bisnisnya ke tingkat asia di akhir tahun 2013. Dibandingkan dengan platform lainnya, Scoop tergolong yang cukup serius. Hal ini terlihat dari jumlah dana start-upnya yang mencapai 3 juta dollar Singapura atau sekitar Rp 23,5 miliar ketika sesi kedua pengembangannya dijalankan.

Scoop merupakan platform bisnis yang dirilis oleh Kompas Gramedia melalui anak usaha PT Gramedia Digital, yang berinvestasi di perusahaan pengembang aplikasi Apps Foundry Pte, Ltd.  Sampai saat ini, Scoop menawarkan 1,8 juta ePublishing dari seluruh dunia.

Sebanyak 90 persen pengguna Scoop berasal dari Indonesia dengan 80 persen pendapatan dari perangkat iOS. Aplikasi Scoop ini telah diunduh lebih dari 650.000 perangkat mobile dan memiliki 210.000 pengguna aktif bulanan. Sebuah angka yang tidak bisa dibilang kecil untuk kondisi digital publishing di Indonesia yang belum begitu menggembirakan.

Qbaca

QBaca resmi diluncurkan pada 9 November 2012 lalu di Jakarta, bersamaan dengan penyerahan penghargaan Indigo Fellowship 2012. Qbaca adalah platform hasil pengembangan Access Co.Ltd –sebuah perusahaan asal jepang- yang diperuntukkan untuk PT Telekomunikasi Indonesia.

Qbaca bukan saja memigrasikan buku ke bentuk digital, namun juga menjadi platform bagi konten dan aplikasi digital skala mini dan didistribusikan dalam Qbaca bookstore dengan ePub 3 yang dipilih dalam mempersiapkan eBook sebelum disubmit. Program gratis seperti Calibre pun dapat melakukan konversi ke ePub. Selain itu, program Sigil dapat digunakan untuk membuat dan mengedit file ePub.

Untuk menjaga hak-hak penerbit, file akan dikirimkan ke user dalam bentuk file EPUB3 yang terenkripsi. Qbaca dapat dinikmati sebagai aplikasi yang dapat dipasang di smartphone atau tablet dengan sistem operasi Android atau Apple iOS. Satu akun Qbaca dapat digunakan untuk melakukan download buku di lima device. Namun, 1 device hanya dapat digunakan untuk login dua akun saja dalam satu bulan.

Sejak peluncurannya, platform ini jumlah download-nya mencapai 40 ribu dengan jumlah user sekitar 25 ribu. Qbaca sendiri sudah menggandeng sekitar 15 penerbit. Sayangnya, PT Telkom sebagai perusahaan pengembang dinilai belum cukup fleksibel untuk membuka kerjasama dengan individual publishing. Kerjasama baru sebatas dilakukan dengan lembaga yang berbadan hukum. Padahal, selfpublishing menjadi elemen bisnis digital publishing di masa depan yang patut diperhitungkan. Namun begitu, Qbaca tetap membuka kerjasama melalui pihak ketiga untuk menerima naskah dari penulis indie.

Buqu

Platform ini paling ‘bungsu’ dibanding platform lainnya di Indonesia, namun bukan berarti paling minim dalam hal sisi kekayaan produknya. Malah, dengan kematangan usia riset (sebelum diluncurkan, Buqu lahir dari riset selama 3 tahun) dan perkembangan respon pasar yang cepat, rasanya layak platform Buqu ini menjadi referensi utama bagi anda selain platform sebelumnya yang juga tak kalah canggih.

Platform besutan Erlan Priamsyah dan Elwin yang diluncurkan pada Mei 2013 lalu, oleh dua orang yang bersahabat sejak masa kuliah di Institut Teknologi Sepuluh November ini langsung mencuri perhatian.

Karena dikembangkan langsung oleh perusahaan lokal, lisensi teknologinya tidak memakan biaya besar. Selain itu, produk ini diklaim lebih aman dari praktek pembajakan karena telah dienkripsi dengan 256 bit SSL. Ditambah, Buqu ini bisa didownload per bagian sesuai keinginan pembaca. Keunikan inilah yang mampu menjadi magnet bagi pembaca, sehingga pembaca dapat berhemat sesuai dengan kebutuhannya.

Tak heran jika kemudian Buqu yang diusung oleh Techbator sebagai perusahaan pengembangnya, dalam tempo kurun waktu empat bulan saja telah sukses menjalin kerjasama dengan ratusan penerbit buku baik skala kecil maupun skala besar, hingga penerbit kampus terkemuka di Indonesia.

( Ulasan khusus tentang Digital Publishing dan prospeknya bisa didapatkan di Majalah Teknopreneur edisi September 2013 DISINI )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun