Mohon tunggu...
Awalul Rizka
Awalul Rizka Mohon Tunggu... Lainnya - IPS UNJ

be a good person

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mari Bekerjasama Atasi Permukiman Kumuh di Indonesia

20 Desember 2020   21:30 Diperbarui: 20 Desember 2020   21:45 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang tinggi dan berada pada urutan ke – 4 di dunia, dimana jumlah penduduk yang tinggi ini merupakan potensi yang besar bagi Indonesia. Apalagi saat ini Indonesia juga telah memasuki masa bonus demografi, yang berarti penduduk usia produktif jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berusia non – produktif. Tentunya hal ini harus disesuaikan dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mencukupi, karena jika banyaknya jumlah penduduk ini tidak dibarengi dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia, akibatnya hanya akan menambah masalah baru, yaitu tingginya angka pengangguran.

Hal ini lah yang terjadi saat ini, jumlah penduduk semakin tinggi namun pekerjaan semakin sulit untuk dicari. Pandangan bekerja di kota menjadi solusi terbaik untuk mendapat pekerjaan  dengan penghasilan yang besar, masih menjadi alasan tingginya tingkat urbanisasi hingga saat ini. Tanpa didukung dengan pengetahuan dan skill yang mumpuni mereka mengadu nasib di perantauan, berharap dapat membawa hasil dan perubahan untuk dibawa pulang ke kampung halaman. Namun kenyataannya tidak sesuai harapan, rendahnya pengetahuan dan tidak adanya skill yang dimiliki, membuat mereka akhirnya tersingkir dari persaingan dunia kerja di kota, banyak dari mereka yang akhirnya bekerja serabutan dengan pengahasilan yang rendah.

Ditambah lagi saat ini Indonesia  dan dunia sedang dilanda pandemi Virus Corona, yang penyebarannya semakin masif dan setiap harinya semakin tinggi jumlah orang yang terpapar virus ini. Kemunculan virus ini telah banyak membawa dampak terhadap seluruh aspek kehidupan di Indonesia, seperti kematian yang tinggi, perekonomian negara yang akhirnya resesi, terjadi gelombang PHK besar – besaran sehingga meningkatnya angka pengangguran secara drastis.

Terbatasnya lahan perkotaan dan rendahnya daya beli masyarakat terutama terhadap permukiman yang layak, membuat mereka akhirnya terpaksa untuk mencari hunian yang seadanya sesuai dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki. Hingga akhirnya terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan ketersediaan lahan untuk pembangunan, baik di sektor publik maupun sektor privat. Hal ini tentunya akan meningkatkan jumlah permukiman kumuh (slum area) di Indonesia, terutama di perkotaan.

Permukiman kumuh merupakan salah satu fenomena sosial yang sampai saat ini masih menjadi masalah bagi Indonesia. Permukiman kumuh adalah permukiman penduduk yang tidak layak untuk dijadikan sebagai tempat tinggal atau hunian. Sampai saat ini, kawasan permukiman kumuh telah meningkat hingga dua kali lipat. Tentunya dengan semakin meluasnya kawasan permukiman kumuh, membuat masalah ini seakan sulit untuk ditangani.

Menurut Rahardjo Adisamita (2010) permukiman kumuh sering dilihat sebagai suatu kawasan yang identik dengan kawasan yang apatis, kelebihan penduduk, tidak mencukupi, tidak memadai, miskin, bobrok, berbahaya, tidak aman, kotor, dibawah standar, tidak sehat dan masih banyak stigma negatif lainnya.

Sedangkan menurut Budiharjo (1997) permukiman kumuh adalah lingkungan yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Terdapat beberapa faktor penyebab munculnya permukiman kumuh (slum area) diantaranya faktor fisik dan non – fisik.

Faktor fisik munculnya permukiman kumuh (slum area) diantaranya:

  • Keterbatasan lahan
  • Kepadatan bangunannya tinggi,
  • Kualitas bangunan yang rendah,
  • Buruknya sanitasi di wilayah tersebut,
  • Fasilitas jalan dan drainase yang tidak memenuhi syarat kelayakan

Selain faktor fisik, terdapat faktor non- fisik yang berakibat pada terbentuknya kawasan permukiman kumuh (slum area).

Faktor non – fisik munculnya permukiman kumuh (slum area) diantaranya :

  • Penghasilan yang rendah
  • Tingkat pendidikan rendah
  • Kurangnya skill yang dimiliki
  • Minimnya kesadaran masyarakat akan kebersihan
  • Adat atau kebiasaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun