Beberapa minggu kemudian, Rina dan aku sepakat untuk memberi tahu tim kami di kantor. Kami memanggil semua anggota tim untuk sebuah pertemuan di ruang konferensi.
Dengan napas dalam-dalam, Rina memulai pembicaraan. "Terima kasih sudah berkumpul. Ada sesuatu yang ingin kami sampaikan. Dimas dan aku telah menjalin hubungan lebih dari sekadar rekan kerja selama beberapa waktu."
Aku melihat reaksi campur aduk di wajah anggota tim. Beberapa tampak terkejut, sementara yang lain tersenyum atau mengangguk.
"Kami ingin menekankan bahwa ini tidak akan mempengaruhi pekerjaan kami. Kami berkomitmen untuk menjaga profesionalisme di kantor," lanjut Rina.
Doni yang duduk di depan mengangkat tangan. "Baguslah, akhirnya! Kalian berdua memang terlihat saling cocok. Kami mendukung kalian!"
Mendengar dukungan itu membuat suasana terasa lebih ringan. Satu per satu, anggota tim lain juga menyampaikan dukungan mereka, dan kekhawatiran yang mengganggu kami berangsur memudar.
Setelah pengumuman itu, hidup kami terasa lebih nyaman. Kami mulai menghadapi tantangan baru: bagaimana menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Kami berusaha untuk tidak terlihat terlalu dekat di kantor, menjaga jarak ketika bekerja, dan memastikan bahwa tidak ada favoritisme.
Di sisi lain, hubungan kami semakin kuat. Kami belajar berkomunikasi lebih baik, berbagi tentang tantangan di pekerjaan, dan saling memberi dukungan. Rina sering meminta pendapatku saat menghadapi masalah di tim, dan aku merasa bangga bisa berkontribusi.
Namun, hidup tidak selalu mulus. Suatu hari, kami dihadapkan pada tantangan besar. Salah satu proyek utama kami mengalami masalah serius yang berpotensi merugikan perusahaan. Rina harus mengambil keputusan sulit dan mengadakan pertemuan mendesak dengan para pemimpin di perusahaan.
Saat itu, aku merasa tidak berdaya. Rina terlihat tegang, dan aku bisa merasakan tekanan yang ada di pundaknya. Malam sebelum pertemuan, aku mendatangi apartemennya.
"Rina, kamu perlu istirahat. Jangan terlalu memikirkan ini. Aku yakin kamu bisa mengatasinya," kataku, berusaha memberikan semangat.