Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dengan Musyawarah Semua Pasti Selesai

29 Agustus 2024   16:54 Diperbarui: 29 Agustus 2024   16:55 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita memang berbeda, Rijal," kata Evi, "tetapi kita memiliki tujuan yang sama: kesejahteraan desa kita."

Rijal mengangguk. "Benar, Bu. Kadang-kadang kita perlu melalui konflik untuk benar-benar memahami satu sama lain. Aku sangat bersyukur karena kita bisa menemukan jalan tengah."

Seiring berjalannya waktu, Desa Suka Makmur menjadi simbol dari keseimbangan antara pelestarian budaya dan kemajuan modern. Pabrik yang ada tidak hanya menyediakan lapangan kerja, tetapi juga berkontribusi pada konservasi lingkungan dan mendukung kegiatan budaya.

Evi terus merawat kebunnya dan mengajarkan tradisi kepada generasi berikutnya, sementara Rijal terus berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup warga desa tanpa melupakan akar budaya mereka. Keduanya bekerja sama dalam berbagai inisiatif, dari pendidikan anak-anak hingga pelatihan keterampilan, dengan tujuan yang sama: membuat Desa Suka Makmur menjadi tempat yang lebih baik bagi semua orang.

Dengan adanya pabrik, banyak fasilitas baru dibangun, dan anak-anak desa mulai mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Namun, setiap upacara adat dan festival yang diadakan tetap menjadi bagian penting dari kehidupan desa, menjaga hubungan antara masa lalu dan masa depan.

Cerita Desa Suka Makmur mengajarkan bahwa konflik sosial tidak selamanya harus berakhir dengan perpecahan. Kadang-kadang, dengan dialog, pemahaman, dan kompromi, kita dapat menemukan cara untuk maju sambil menghargai apa yang telah ada. Desa ini menjadi contoh nyata bahwa dengan niat baik dan kerjasama, perubahan yang positif bisa dicapai tanpa harus mengorbankan identitas dan nilai-nilai yang kita cintai.

Konflik sosial yang terjadi di Desa Suka Makmur mengajarkan semua orang bahwa perubahan adalah bagian dari kehidupan, tetapi itu tidak harus datang dengan mengorbankan nilai-nilai yang sudah ada. Kadang-kadang, cara terbaik untuk menghadapi tantangan adalah dengan menemukan keseimbangan yang dapat diterima oleh semua pihak.

Dengan waktu, desa ini belajar untuk menghargai baik masa lalu maupun masa depan, dan Suka Makmur menjadi contoh bagi desa-desa lain tentang bagaimana menghadapi konflik dengan cara yang penuh pengertian dan kompromi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun