Di sebuah desa kecil bernama Desa Suka Makmur, kehidupan mengalir seperti sungai yang tenang. Terletak di kaki gunung yang hijau dan subur, desa ini dikenal dengan suasana damai dan harmoni antara warganya. Namun, kedamaian itu mulai goyang ketika berita tentang pembangunan pabrik datang ke telinga warga.
Berita itu berawal dari Pak Mursalin, Seorang penguasa muda dari kota yang datang ke balai desa untuk menjelaskan keinginannya membangun pabrik di desa Suka Makmur. Pak Kurniawan sebagai kepala desa, tidak langsung menerima atau menolak rencana Pak Mursalin itu.Â
Pak Kurniawan meminta waktu kepada Pak Mursalin agar dia bermusyawarah dulu dengan warganya dan meminta kepada pengusaha muda itu agar datang dua hari lagi agar Pak Mursalin langsung menceritakan keinginannya di hadapan semua warga.
Dua hari yang dijanjikan pun tiba. Pak Kurniawan, kepala desa yang bijaksana, duduk di hadapan warganya di dalam gedung aula desa sambil menikmati secangkir kopi. Dia beserta staf dan warganya lagi menunggu kedatangan Pak Mursalin.Â
Tidak lama kemudian, Pak Mursalin pun tiba dengan kendaraan pribadinya. Setelah memarkirkan mobilnya di halaman gedung aula tersebut, dia segera bergegas masuk ke dalam gedung itu. Dia bersalaman dengan Pak Kurniawan dan para staf desa. Tidak lama kemudian rapat segera dimulai. Setelah pembukaan oleh Pak Kurniawan, Selanjutnya rapat diserahkan kepada Pak Mursalin untuk menyampaikan keinginan dan rencanannya.
"Selamat pagi semuanya. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk bertemu dengan saya," Kata Pak Mursalin memulai pembicaraannya. Pak Mursalin dengan ramah. Lalu dia berkata
"Saya ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting untuk desa ini."
Pak Mursalin menjelaskan rencananya untuk membangun sebuah pabrik di pinggir desa. "Pabrik ini akan menyediakan banyak lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian desa. Ini kesempatan besar bagi Suka Makmur untuk maju."
Namun, kata-kata Pak Mursalin tidak serta-merta disambut dengan antusiasme. Beberapa warga desa mulai berbisik di antara mereka, menanyakan dampak dari rencana tersebut. Beberapa merasa khawatir akan perubahan yang datang bersama modernisasi.
Di tengah-tengah perdebatan yang berkembang, ada dua sosok yang sangat menonjol: Evi, seorang ibu muda yang sangat mencintai tradisi dan budaya desa, dan Rijal, seorang pemuda yang bersemangat untuk melihat desa berkembang dengan cara yang lebih modern.